Hari 20/365
20 Januari 2017
Dua hari aku absen menulis jurnal. Tentunya dengan kesengajaan karena aku ingin menikmati akhir pekan sejenak ditengah dinginnya hawa Coban Rondo tanpa terganggu gadget dan isinya. Setiap orang yang kalah butuh pengalihan bukan? Pengalihan untuk tidak mengatakan pelarian. Aku sebenarnya benci untuk mengatakan bahwa aku sedang kalah (lagi). Oleh karenanya aku butuh pengalihan. Dan Coban Rondo adalah tempat pengalihan yang kupilih.
Bukan keputusan yang terburu-buru, tapi memang sudah kurencakanan sejak jauh-jauh hari karena bertepatan juga dengan acara DIKLAT yang sedang dihelat oleh adik-adik EMR SPINE. Aku ga ingin berspekulasi, tapi sempat terlintas dipikiranku seakan-akan semua ini memiliki benang merah dan saling berhubungan. Seakan-akan aku kalah (lagi) dan kemudian aku mendapat pengalihan dan hiburan berupa acara yang bisa membuatku reuni dengan kawan-kawan dan adik-adikku di Coban Rondo ini, adalah sebuah skenario perasaan diawal tahun ini.
Tapi hal yang cukup mengesankan, adalah nama bis yang kutumpangi untuk pergi ke Malang. Bis ini bernama Harapan Baru, seakan-akan dia berusaha menyemangatiku yang sedang kalah ini. Menyemangatiku untuk harus tetap berjalan sambil membawa harapan baru. Toh tahun ini masih panjang. Dan mungkin saja harapan baru bisa kutemukan dalam perjalanan atau di ujung tujuanku nanti.
Pada akhirnya, aku memang sudah tidak bisa berharap pada harapan lama. Aku harus menjadi seperti bis ini, berjalan dengan membawa Harapan Baru. Dan semoga, harapan baru nanti bisa disikapi lebih tegas dan lebih cepat, agar tidak mengalami kekalahan seperti sebelum-sebelumnya lagi. Dan yang tidak kalah penting lagi, semoga saja Harapan Baru seperti yang tertera pada bis itu, bukanlah Harapan Palsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar