Sabtu, 31 Desember 2016

Terima Kasih 2016 :)

Salah satu hal yang kupikir penting ditahun ini adalah menyelesaikan #RevolusiDiri2016. Apalagi jika gagal menyelesaikan target minimal, aku harus mentraktir makan steak anak-anak sontoloyo yang biasa ditraktir pecel rawon aja udah syukur. Dengan tekanan demikian, aku berhasil menyelesaikan #RevolusiDiri2016 meskipun hanya target minimal.

Aku baru sadar bahwa bukan hanya karena telah tercapai, tapi juga proses menyelesaikannya ternyata sangat sangat menyenangkan. Memang, aku hanya berhasil menyelesaikan 4 dari 7 target, tapi aku benar benar sangat menikmati setiap usaha untuk menyelesaikannya. Aku memang gagal kemping di 13 pantai, karena hanya kemping di pantai Peh Pulo, Blitar. Tapi dengan berhasilnya aku main di 3 kota beda pulau, membuatku dapat menjejaki beberapa pantai yang ada di pulau Jawa, Nusa Tenggara, Bali, bahkan Sulawesi. Tahun ini pun aku melihat gerhana matahari di kota Palu dan berenang di Pusat Laut Donggala. Sembari melakukan perjalanan, aku juga jadi sering membaca buku sebagai kawan membunuh waktu. Bahkan melebihi 30 buku sebagai target semula.

Dan disetiap perjalanan, aku selalu membawa pulang bukan saja kenangan dan pengalaman baru sebagai individu, tapi juga kisah-kisah orang yang menjadi saudara/i baruku yang mungkin ga bisa disebutkan satu-satu disini. Bulan Ramadhan tahun ini pun kuisi dengan kegiatan bermanfaat. Setidaknya aku bisa khatam Qur'an 3 kali dan rutin menulis jurnal digital selama 30 hari non stop (ada di blog). Untuk hafalan juz 30 kupikir aku gagal bukan karena tidak hafal, tapi karena meskipun sudah hafal surah an-naba, aku masih suka sholat pake surah al ikhlas. Yang benar-benar tidak terlaksana adalah mendaki 3 gunung 3000 mdpl.

Wanita memang masih belum menjadi prioritas ditahun ini. Jargonnya masih sama, seng penting aku bahagia, koe sesok gampang. Makanya masih betah sendiri. Tapi gatau sih tahun 2017 nanti. Semoga saja 2017 nanti sudah bisa bersikap terkait wanita. Yasudah, terima kasih kepada siapa saja yang telah sama-sama ikut mewarnai tahun 2016. Dan untuk kalian yang ga jadi kutraktir steak di holycow, nanti tetap kutraktir kok, makan di mak tik tapi. :))

Deny DH

Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi

Jember, 31 Desember 2016

Jumat, 23 Desember 2016

KAWAN

Untuk urusan cinta dan wanita, jangan terlalu percaya pada lelaki, apalagi jika dia masih sendiri.

Meskipun dia kawan baikmu, bisa jadi dia yang akan menikam dan menikungmu nanti.

Siapa sangka bahwa kawan adalah lawan yang belum menyerang.

Namanya juga lelaki, sering khilaf tapi jarang minta maaf.

Dan pemicu khilaf pada lelaki, biasanya adalah urusan perut atau bawah perut.

Kalau sudah urusan perut atau bawah perut, bahkan kawan terbaik pun bisa tega saling sikut.

Maka, jangan pernah sekali-kali menjadi kawan bangsat dan bejat yang tega menikam dan menikung hanya untuk urusan wanita.

Cukuplah dada wanita yang terlihat terbelah, namun jangan sampai perkawanan kita juga ikut lengah.

Karena aku ingin kita saling terikat sebagai kawan, dan bukan saling sikat sebagai lawan.

Senin, 19 Desember 2016

Dia Sendiri Dalam Sepi

Dia yang sering atau suka memamerkan kesendirian, biasanya orang yang sedang kesepian.

Berkawan matahari senja seraya mengabarkan kepada angin tentang kerinduannya akan kehadiran seseorang.

Sementara waktu terus berputar, dia tetap terus bertualang sendirian meskipun masih dalam kesepian.

Karena meskipun begitu, dia yakin bahwasanya dalam kesendirian dan kesepiannya, dia akhirnya bisa menemukan dan mengenal dirinya lebih dalam.

Dia akan terus bertualang hingga akhirnya seseorang yang tepat akan datang tepat waktu dan diwaktu yang tepat untuk menyudahi kesendirian dan memecahkan kesepiannya.

Dan orang yang tepat itu, bisa jadi adalah orang yang senantiasa menikmati kesendirian yang senantiasa dia pamerkan.

Senin, 12 Desember 2016

EGO

Hanya karena kita berbeda definisi tentang rapih, bukan berarti aku berantakan! Rapihmu itu membosankan.

Well, time flies so fast. Kemarin waktu pengen gondrong yaudah gondrong aja, peduli apalah sama siapapun yang suruh potong rambut. Yang penting tetep sholat, ngaji, kuliah, repeat.

Waktu MA dulu, sebelum segondrong kemarin, salah satu senior pernah kasih nasihat yang masih teringat, bahwa menjadi seorang calon pemimpin itu harus belajar untuk bisa mengalahkan ego.

Rambut gondrong kemarin mungkin salah satu ego yang sudah kukalahkan. Dan semoga ditahun depan semakin banyak ego yang bisa kukalahkan dan kuhabiskan untuk bersiap menjadi seorang pemimpin, pemimpin rumah tangga lebih tepatnya.

Suatu saat nanti, akan tiba masa dimana segala hal harus dikomunikasikan dan dikompromikan, karena kehidupan sudah tidak dilakukan sendiri lagi.

Dan ketika masa itu tiba, aku harus bisa pastikan seluruh ego pribadiku sudah habis ketika masih sendiri, dan yang ada hanyalah rencana bersama, yang juga dilakukan bersama.

Btw, terima kasih ucapan dan fotonya ya @emr.spine

Minggu, 20 November 2016

Jogja dan Pulang


Jogja itu serupa pulang bagiku.

Sebagaimana pulang, berarti bukan tentang liburan semata, tapi juga ada upaya untuk melunasi kerinduan.

Namun sekarang, sangat sulit bahkan untuk sekedar merencanakan pulang ke Jogja.

Padahal, satu demi satu saudara, saudari, kawan, sahabat, bahkan mentor pun sudah mulai beranjak dari kota ini untuk kemudian melanjutkan episode kehidupan mereka masing-masing di suatu tempat yang lain.

Dan belum tentu kami bisa segera kembali bersua.

Ah Jogja, alam bawah sadarku sedang merindukanmu seisinya beberapa waktu ini.

Seakan akan, kau memanggilku untuk segera mengunjungmu lagi secepatnya meskipun hanya dalam mimpi.

Apalagi para saudara-saudara seperjuanganku yang kini telah mulai menapaki jalan kesuksesan mereka masing-masing.

Jogja, semoga kita segera bersua kembali.

Jember, 20 November 2016

Selasa, 01 November 2016

Masa Lalu

Masa lalu itu ada untuk dikenang, dirindukan, ditertawakan, atau bisa jadi gabungan dari ketiganya.

Aku pernah gondrong waktu masih mahasiswa, dengan keyakinan kurang afdhol rasanya kalo jadi mahasiswa belum pernah gondrong.

Meskipun di jurusanku tidak elok sebenarnya seorang mahasiswa berambut gondrong.
Apalagi gondrongnya kriwul awut-awutan ga karuan.

Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga waktu itu masa peralihan menjadi mahasiswa senior dengan semangat berapi-api dan ego pun masih tinggi.

Yasudah, nanti kapan-kapan kita gondrong lagi lah.

Btw, thx for this epic pic dude!! @farratibnu @fkgendengnews

Jadi rindu masa lalu :)

Selasa, 25 Oktober 2016

Putus


Pada akhirnya, putus itu kan cuma masalah waktu aja.

Kalo memang sudah waktunya putus, ya udah bakal putus.

Seperti kata si Surayah Pidi Baiq, tujuan pacaran itu untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.

Dan aku senantiasa mendoakanmu untuk segera putus...karena menikah.

Tapi nikahnya sama aku!

Senin, 24 Oktober 2016

Profesionalitas Itu Penting

Dulu ketika masih menjadi mahasiswa, setiap ada praktikum atau skill lab yang memerlukan orang coba, aku selalu siap sedia menjadi sukrelawan. Selain memang orang coba harus laki-laki, jarang ada yang mau merelakan dirinya menjadi orang coba. Lagipula, kontribusiku sebagai anggota kelompok jika tidak menjadi orang coba juga kurang signifikan pikirku waktu itu. Jadi, aku anggap menjadi orang coba adalah kompensasi sekaligus kontribusi terhadap kelompok. Tapi terkadang  sebagai orang coba, ada kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan atau tidak nyaman.

Bukan saja ketika kamu harus diposisikan sebagai pasien yang akan atau sedang diperiksa, tapi juga ketika kamu harus merelakan beberapa bagian tubuhmu terlihat oleh teman-temanmu. Kalo tubuhmu atletis, mungkin bangga kali ya. Lah kalo perutnya tambun, terus dadanya berbulu lebat, apa ga ketawa merekanya nanti. Apalagi kalo yang liat juga ada cewek-cewek, malu dong ya. Percayalah, bertelanjang dada di depan orang yang ga kita kenalin itu ga nyaman. Apalagi kalo orangnya banyak. Udah gitu, perut atau dada pun masih dipegang-pegang untuk diperiksa. Aku juga jadi ingat, ketika sedang kuliah pradik, materi keterampilan pemeriksaan fisik Paru, dosenku meminta seorang relawan dari kami untuk menjadi orang coba. Waktu itu aku enggan, karena pemeriksaan paru mengharuskan orang coba bertelanjang dada. Dan setelah dicontohkan oleh dosen, setiap orang akan mencoba satu persatu. Tentunya kepada orang coba.

Selain itu, tubuhku juga ga bagus-bagus banget, katakanlah tambun meskipun dadaku ga berbulu. Untungnya waktu itu salah satu kawanku bersedia menjadi orang coba. Selepas kuliah, dosenku memberikan "wejangan", bahwasanya jika menjadi orang coba saja tidak nyaman, maka menjadi pasien pun lebih tidak nyaman. Apalagi harus bertelanjang dada di depan orang lain. Oleh karenanya, perlakukan setiap pasien dengan baik dan profesional ketika melakukan pemeriksaan fisik dan jangan lupa meminta izin. Posisikan dirimu sebagai pasien, sehingga kamu bisa memperlakukan pasien sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Pasien datang ke dokter itu sudah membawa keluhan dan ketidaknyamanan, maka sebisa mungkin jangan menambah keluhan mereka lagi, atau minimalisirlah ketidaknyamanan mereka.

Dan disinilah aku sekarang, bertugas sebagai dokter muda di bagian kulit dan kelamin di sebuah Rumah Sakit di salah satu Kabupaten di Jawa Timur. Sekarang, bukan lagi hanya sebatas dada dan perut saja yang akan aku observasi dan evaluasi, tapi terkadang juga aku harus melihat secara utuh. Bahkan alat kelamin sekalipun. Aku yakin ini tidak nyaman bagi setiap pasien yang terkadang harus rela alat kelaminnya dilihat orang lain, apalagi jika penyakitnya berhubungan dengan alat kelamin. Tapi aku yakin, mereka memiliki kepercayaan dan harapan akan kesembuhannya. Jika tidak, mana mungkin mereka mau membiarkan aku melihat alat kelamin mereka. Maka, kepercayaan serta harapan tersebut mutlak harus dibayar dengan profesionalitas.

Bayangkan apa jadinya jika aku tertawa, mengejek, atau mengeluh secara terang-terangan di depan pasien ketika melihat kelainan pada alat kelaminnya. Hal yang hampir pasti, kemungkinan besar aku ga bakal lulus stase ini. Bisa jadi juga suatu saat aku kualat. Maka, profesionalitas mutlak sangat penting sekali disini. Ada satu hal yang harus selalu aku ingat dan pegang teguh, pesan dari seorang guruku bahwasanya, kedokteran itu long life learning, dan guru para dokter, bukan sebatas dosen serta karya-karyanya, akan tetapi juga para pasien. Ya, para pasien juga adalah guru bagi para dokter. Apalagi bagi seorang dokter muda sepertiku ini. Tidak akan pernah seorang mahasiswa kedokteran menjadi dokter tanpa pernah menangani seorang pasien ketika menjadi dokter muda. Ah iya, ngomong-ngomong, terima kasih ya mas, dek, pak yang hari ini rela "tititnya" saya periksa, semoga cepat sembuh dan ga sakit lagi ya! Aamiin.

Minggu, 23 Oktober 2016

Ingat!


Jangan pernah ngerebut pacar orang, ngerebut itu ga baik.

Kan udah diajarin juga dari kecil dulu.

Kalo emang naksir, ya minta dong baik-baik.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Menjadi Lelaki Baik-Baik


Ketika sedang bertugas jaga di ruang VK bersalin beberapa malam yang lalu, kawan jagaku berkata padaku, "kalo kamu liat cewek melahirkan, kamu ga bakal nyakitin cewek lagi". Dan benar saja, malam itu akhirnya ada seorang ibu yang melahirkan. Ini memang bukan kali pertama aku melihat proses persalinan, tapi rasanya ini yang pertama kali aku melihat proses persalinan sambil merenungkan perkataan kawanku tadi. Dan ternyata, ketika dilihat-lihat, proses persalinan memang terlihat menyakitkan. Kamu bisa bayangkan, jalan lahir (vagina) yang sekecil itu, harus mengeluarkan kepala bayi manusia. Maka, tak jarang dilakukan tindakan episiotomy, yaitu menggunting jaringan otot antara vagina dan anus untuk memperlebar jalan lahir bagi bayi. Mau bayangkan rasa sakitnya episiotomy? Mungkin mirip-mirip ketika tititmu disunat tapi ga pake bius. Mau coba? Silakan.

Terkadang, seorang wanita pun ketika hendak melahirkan akan meminta maaf dan restu ibunya demi kelancaran proses persalinannya. Ada juga yang minta ditemani suami selama prosesnya. Dan tau risiko terburuk dari proses persalinan selain daripada sakit yang luar biasa dan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang melahirkan? Kematian. Ya, kematian setiap saat membayangi ibu dan janin yang dikandungnya. Coba bayangkan. Sudah? Dan masih mau menyakiti wanita setelah bisa membayangkannya? Kalo ga bisa bayangkan, coba liat videonya di youtube deh.

Bahkan, Zeff si Red Leg, mantan Kapten Bajak Laut Cooks Pirates, sekaligus gurunya Sanji, yang mana mereka ini adalah karakter komik fiktif pun, melarang untuk menyakiti seorang wanita. Tau apa yang dikatakan Zeff dalam komik one piece yang baru keluar kemarin? Dia berkata kepada Sanji, "Seorang pria tidak boleh menendang wanita, kau mengerti?? Itu adalah peraturan tak tertulis di dunia ini semenjak zaman dinosaurus!! Dengar... aku tidak peduli berapa kali kau gagal sebagai manusia... Tapi kalau kau gagal sebagai seorang pria... Kalau sampai waktunya kau melakukan itu, aku sendiri yang akan memotong kemaluanmu! Dan aku akan memotong leherku sendiri sambil melakukannya!", ya, begitulah kutipan dari zeff yang kuambil dari komik terbaru one piece. Itu tokoh fiktif, dan mereka memiliki prinsip untuk tidak menyakiti apalagi melukai seorang wanita.

Kalo dalam agama sih, udah jelas, panjang, dan lebar penjelasan tentang penghormatan terhadap wanita. Maka sudah seharusnya bagi setiap lelaki yang nantinya akan menjadi seorang kepala rumah tangga dan imam bagi wanita, ga ada alasan apapun yang bisa membenarkannya dalam menyakiti seorang wanita. Jika memang sudah siap untuk melepas masa jomblo, berarti harus siap pula untuk tidak menyakiti wanita. Tapi jika melepas masa jomblo yang ujung-ujungnya cuma untuk ngasih kenangan dan sumbangan sebagai mantan, atau malah nyakitin wanita yang katanya dicinTAI, lebih-lebih nyakitin hatinya, lebih baik kau simpan baik-baik dulu perasaanmu sampai kau siap.

Kalo nanti udah jadian dan ga jomblo lagi, jangan sampe nyakitin hati wanita ya! Apalagi kalo belum nikah aja, udah sering nyakitin doi. Dan paling penting lagi, kalo emang belum nikah, jangan sekali-kali bikin wanita sakit mual-mual dan telat datang bulan!! Jangan pokoknya!!! Siapapun wanitanya!!! Ini lebih parah daripada nyakitin hatinya. Kalo bikin dia sakit begitu, bisa dipastikan, ga cuma dia yang tersakiti, tapi juga mama, papa, dan keluarga besarnya ikut tersakiti. Kalo udah begitu, mungkin kita malah ketemu di ruang VK bersalin. Jadi, lebih baik jadi lelaki baik-baik ya! Lelaki baik-baik itu minimal lelaki yang menghormati dan memperlakukan setiap wanita seperti dia menghormati dan meperlakukan mama atau saudarinya sendiri. Dan juga selalu berusaha untuk tidak menyakiti apalagi melukai wanita, itu baru lelaki sejati. Bukan cuma yang bisa ngasi sumbangan bibit, eh terus pergi gitu aja ga pake permisi. Kan jadi ga ada yang bantu ngerawat bibitnya sampe jadi buah nanti.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Kenapa Hari ini Aku Masih Jomblo?


Jika memang kejombloan adalah suatu standar dari kegagalan menjadi seorang pemuda kekinian, maka akulah pemuda kekinian yang gagal tersebut. Diumur yang telah mencapai kepala 2 dan sudah hampir resmi menjadi sarjana, aku masih suka asik sendiri(an). Padahal, coba tengok wanita-wanita kuliahan yang rajin memperbarui foto atau kehidupannya di instagram dan path, mereka terkadang menuliskan curhatan bahwa mereka sudah lelah kuliah, dan ingin segera menikah saja. Lah, kuliah aja udah lelah, gitu minta nikah. Nanti habis nikah mau sambil lanjutin kuliah lagi gitu? Hambok pikir nikah disambi kuliah ki ga kesel tah? MIKIR! Yah, mungkin maksud mereka hanya untuk candaan semata.

Lantas, mengapa aku masih suka sendiri padahal banyak wanita-wanita di dunia maya sana yang sudah minta dinikahin karena lelah kuliah? Ah, sebenarnya aku bingung juga untuk menjawab pertanyaan iseng seperti ini. Jadi, terlepas dari alasan-alasan religius yang membuatku masih suka asik sendiri sampai saat ini, bagiku menjalani sebuah hubungan serius dengan seorang wanita (apalagi dua), bukan untuk sekedar menggantikan status pribadi dari jomblo menjadi pacaran. Bukan pula agar ada yang membersamai ketika makan, minum, main, nongkrong, atau ada yang diapelin ketika malam minggu tiba. Apalagi cuma sekedar dijadikan pendamping ketika wisuda atau pergi ke kondangan nikah. Jika memang ingin menjalin hubungan dengan wanita hanya untuk hal-hal diatas, kupikir ga perlu sampai menjalin hubungan yang serius-serius banget. Sekedar teman cukuplah.

Lagipula, aku sadar bahwa sepertinya aku masih belum bisa menjalin hubungan serius dengan wanita, khususnya dalam waktu dekat ini. Aku masih belum siap jika nantinya tersandera oleh kepentingan-kepentingan seorang pasangan kekasih, if you know what i mean. Sementara, aku masih suka mengedepankan dan memprioritaskan ego dan mimpi masa mudaku. Padahal, sebelum nantinya menjalin hubungan serius dengan wanita yang akan menjadi pasangan, aku harus bisa pastikan bahwa dia juga mendapat tempat khusus di hatiku, berdampingan dengan keluarga besar, mimpi masa muda, dan egoku. Dan ya, mungkin yang harus kukalahkan dan kuhabiskan dulu sedikit demi sedikit, demi mempersiapkan tempat khusus untuknya adalah ego dan mimpi masa mudaku sendiri. Toh kesendirian juga membuatku lebih leluasa terhadap diriku sendiri. Mau jalan-jalan kemana tinggal jalan aja. Gausah banyak pikiran mumpung masih sendirian. Besok-besok kalo sudah punya pasangan, belum tentu bisa se-ego pengen makan dimana ya tinggal makan. Karena kelak ketika sudah ada pasangan, semua harus dikomunikasikan, atau mungkin dikompromikan.

Alasannya terlalu naif? Klise? Normatif? Iya, gapapa. Ada yang bilang, mending jomblo, tapi tiba-tiba sebar undangan nikah, daripada pacaran lama, tapi ga nikah-nikah. Toh bagiku hubungan serius bukan untuk sekedar dipamerkan ke khalayak ramai kan? Apalagi sampai menjadi konsumsi publik. Ya, pada akhirnya tulisan ini mungkin hanya dianggap sebagai mekanisme pembelaan ego terhadap kejombloan yang masih kualami hingga hari ini, atau tepatnya malam minggu ini. Tapi tenang, akan ada suatu hari nanti ketika aku memposting tulisanku, aku sudah tidak lagi sendirian, mungkin juga sudah tidak lagi jomblo. Dan ketika hari itu tiba, mungin aku sedang tidak menuliskan tentang kejombloan. Jadi, kenapa hari ini aku masih jomblo? karena hari itu masih belum tiba.

Sabtu, 24 September 2016

Jomblo dan Buku


Aku sering membayangkan di suatu malam minggu, atau suatu hari bisa melihat seorang wanita yang menarik dan berkaca mata, sedang duduk sendirian di kafe, membaca sebuah buku yang pernah kubaca, sambil menunggu pesanannya datang. Berharap dia seorang jomblo, dan terbuka kepada siapa saja yang hendak membuka percakapan dan diskusi tentang buku yang ia baca. Tapi entah sejak kapan pastinya, dewasa ini malam minggu seakan menjadi malam bagi para pembully jomblo untuk melancarkan aksinya. Tentu saja aksi dalam membully para jomblo. Selain malam bagi pembully, malam minggu juga seakan hanya menjadi milik mereka yang memiliki pasangan. Bagi yang jomblo, minggir lu mblo!

Jomblo bagiku bukan saja dibagi berdasarkan kuantitas waktunya, tapi juga berdasasrkan kualitas menjalaninya. Ada jomblo aktif, ada jomblo pasif. Apakah jomblo aktif adalah jomblo yang sering bergeriliya atau berkonfrontasi dalam mencari pasangan? Bagiku itu terlalu sempit. Jomblo aktif adalah jomblo yang mengisi hari-hari kejombloannya dengan kegiatan-kegiatan produktif. Misalnya, membaca, menulis, jalan-jalan sambil silaturahim, latihan olahraga beladiri, bersepeda, atau aktif dalam berorganisasi dan berkegiatan sosial. Malah ga jarang jomblo aktif menemukan jodohnya dalam keaktifannya dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Nah, bagi jomblo aktif, tidak terlalu menjadi masalah ketika malam minggu harus dihabiskan sendirian, bahkan di sebuah cafe yang penuh pasangan muda mudi. Atau mungkin diam-diam ada juga pasangan muda muda atau mudi mudi. Kenapa begitu? Karena bagi jomblo aktif, dia merasakan kesendiriannya hanya ketika dia tidak melakukan aktifitas apapun. Sedangkan bagi jomblo aktif, akan selalu ada hal yang menemani, buku misalnya. Meskipun sendirian di kafe yang ramai, dengan membaca buku, bukan saja membunuh rasa kesendirian, tapi juga seakan memberi hak kepada otak dan wawasan untuk diberi asupan.

Bagaimana dengan jomblo pasif? Yah, singkatnya mereka adalah antitesis dari jomblo aktif. Tapi, mau jomblo aktif maupun pasif, perlu diketahui bahwa sesungguhnya malam minggu itu ialah hak segala pemuda pemudi, dan oleh sebab itu, maka pembullyan terhadap jomblo harus dihapuskan! Lah, udah mirip UUD 1945 aja, btw masih hapal UUD 1945 ga mblo?

Kamis, 22 September 2016

Membaca Buku


"Saya masuk di dalam buku-buku, saya membaca buku banyak sekali, malahan saya berkata, "in the world of mind, i met these great men"" - Pidato Bung Karno ketika menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Indonesia, 2 Februari 1963.

Kenapa aku suka menghabiskan banyak uang untuk membeli buku? Entahlah, mungkin sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak uang untuk membeli peralatan berdandanmu. Sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak uang untuk memodifikasi mobilmu. Sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak uang untuk membeli gadget-gadget keluaran terbaru. sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak uang untuk membeli baju, celana, dan tas di mall.

Kenapa aku suka menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku? Entahlah, mungkin sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak waktu untuk berbelanja di mall. Sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak waktu untuk perawatan wajah, rambut, dan kuku. Sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak waktu untuk menonton vlog di youtube. Sama seperti ketika kamu menghabiskan banyak waktu untuk pacaran.

Percayalah, membaca caption ini hanya membuang waktumu untuk membaca buku, sementara masih ada banyak deretan daftar buku yang lebih menarik untuk dibaca daripada caption ini.

Masih baca caption ini? Ayolah, tutup handphonemu, pergilah ke toko buku, belilah sebuah buku menarik, buka, dan bacalah! IQRA!!! Kemudian rasakan sensasinya ketika nanti kamu candu akan buku. Niscaya, satu atau dua buku tidak akan pernah memuaskanmu. Dan mama papamu, pasti ga akan marah kalo kamu menjadi candu akan buku. Buktikanlah.

Jumat, 19 Agustus 2016

Power Ranger dan Kejombloan

Mau kuberitahu suatu rahasia? Tentang mengapa aku jomblo? Tapi janji, jangan beritahu siapa-siapa ya! Jadi, sebenarnya kami ini adalah para Power Ranger! Dan aku adalah Alpha Ranger, alias pemimpin Ranger ini.

Dan untuk melindungi orang2 yg kami sayangi dari musuh2 kami, kami harus menjaga identitas kami. Meskipun begitu, selalu saja ada celah bagi para musuh kami untuk menyakiti orang2 yg kami sayangi.

Oleh karenanya, sebagai pemimpin para Ranger, aku memilih untuk jomblo, karena tidak ingin orang yg kusayangi nanti disakiti oleh musuhku. Atau juga, nanti aku malah tersandera kepentingan terhadap orang yg kusayangi.

Secara, aku kan Alpha Ranger, pemimpin para Ranger, pasukan penjaga planet bumi, dan Ranger paling keren pula. Ingat, ini rahasia kita aja ya! Jadi, kalo ada yg bilang aku atau anggota rangerku jomblo karena nasib, itu bener! Nasib kami jadi Power Ranger, dan aku jadi pemimpinnya pula!

Huft, jadi kangen sama para Ranger. Kuy lah, 2 tahun lagi kita laksanakan misi perjalan lagi ya Ranger! Untuk sementara, kita jaga perdamaian di sektor masing2 saja.

Kiri ke Kanan:
Ranger Driver - Sidoarjo
Ranger Bungul - Probolinggo
Ranger Banker - Bangil
Ranger Pinter - Jember
Ranger Nebenger - Probolinggo

Kamis, 18 Agustus 2016

Sering


Pergi (sering) sendirian, pulang (selalu) bawa kenangan.

Karena bonus perjalanan bukan cuma pemandangan dan pengalaman, tapi juga orang2 baru yg menjadi kawan dan kenangan.

Jangan takut jalan meskipun hanya sendirian.

Karena dengan kesendirian, kadang kamu bisa lebih mengenal dan lebih dekat dengan dirimu sendiri dan diri-Nya.

Ini di Gunung Lawu, Desember tahun lalu.

Selasa, 09 Agustus 2016

Utang Rindu


Kau pikir tidak lelah rindu melulu tapi tidak pernah bertemu? Tentu melelahkan.

Karena rindu hanya bisa dibayar lunas dan tuntas dengan cara bertemu.

Dan jauh, kadang menjadi musuh untuk kita bertemu.

Hanya saja, jauh terkadang tidak selalu terdefinisikan sebagai sebuah jarak.

Karena jarak terjauh bukan ketika kita terpisah oleh bentangan ratusan, ribuan, bahkan jutaan kilometer, tapi ketika kita sedang berhadapan namun saling mendiamkan, atau ketika kita saling bertatap muka dan mata, namun tak saling sapa.

Jadi, kapan bisa kubayar lunas lagi rindunya?

Rabu, 03 Agustus 2016

Selamat Ulang Tahun Bro Andi!


Selamat ulang tahun yg ke 22 bro @andifakhrullah barakallahu fi umrik.

Andi ini kawan saya yg saya kenal ketika berada di Palu. Dia salah satu anak muda yg seakan menampar saya dengan usahanya untuk meraih impiannya berkeliling Indonesia. Bagaimana tidak, dengan modal keyakinan, kesabaran, serta doa restu orang tua dan uang seadanya, dia telah melakukan perjalanan ala backpacker dari rumahnya di Pulau Sumatera, menuju Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan sekarang di Ternate dengan cara hitchiking sejak 27 September 2015. Tujuan dia selanjutnya adalah pulau Papua. Setelah Papua, mungkin saja Asia, Eropa, Amerika, bahkan dunia.

Well Andi, semoga impianmu berkeliling Indonesia atau bahkan berkeliling dunia segera terwujud ya! Jangan lupa jaga kesehatan selama perjalanan, dan semoga disetiap perjalananmu senantiasa dalam lindungan Allah. Kalo nanti main ke Jawa Timur lagi, kamu wajib hubungi saya ya! Satu lagi, kalo sudah keliling Indonesia nanti, jangan lupa jalan pulang ke rumah ndi! 

Bagi yg pengen kepo tentang perjalanannya atau tips2 tentang backpacker dan hitchiking, silakan follow akunnya di @inbackpacker

Ps: foto ini diambil ketika gerhana matahari total di titik pengamatan Pantai Talise Palu.

Sabtu, 16 Juli 2016

Perempuan Pilihan

16 Juli 2016

Perempuan Pilihan

Hari minggu kemarin, aku bersama beberapa saudara berkunjung ke rumah musyrif kami semasa kelas 6 di Muallimin dulu. Bila 3 tahun lalu kami berkunjung ke Jogja dalam rangka menghadiri wisudanya, maka kali ini kami berkunjung ke Tuban dalam rangka silaturahim. Bukan lagi sebagai murid dan musyrif, mungkin lebih tepat sebagai saudara lama. Beberapa hal masih tampak sama, semisal kesederhanaan dan ketaatan hidup beliau. Hal yang berbeda, kini beliau telah memiliki istri dan seorang putri.

Obrolan kami dibuka tentang kuliah, jurusan, serta masalah pekerjaan. Serasa seperti forum ba'da maghrib kelas 6 dulu. Bedanya, sekarang bukan lagi antara musyrif dan murid, mungkin lebih tepat dikatakan seorang adik dan kakak. Kemudian, aku memulai topik yang menarik tentang masalah masa depan, bukan tentang pekerjaan tapi tentang perempuan. Biar bagaimanapun, usia kami memang sudah sepantasnya membicarakan topik ini. Entah mengapa, aku lebih nyaman membicarakan masalah ini pada beberapa orang dibandingkan orang tuaku sendiri. Kami juga selalu tertarik dengan kisah-kisah kehidupannya, terutama percintaanya.

Kebetulan, seorang saudaraku juga sedang dirundung masalah perasaan, dan butuh nasihat seseorang. Dan kesimpulan dari nasihat yang mungkin bisa kuambil kemarin, seorang lelaki harus bisa bersikap dengan tegas dan jelas. Gengsi, apalagi keserakahan tidak akan pernah memenangkan cinta. Kita tidak akan bisa memenangkan dua perasaan dalam satu waktu sekaligus dalam hal percintaan, oleh karenanya ketegasan dalam bersikap dan memilih, dibutuhkan seorang lelaki. Dan yang penting, libatkan Allah, orang tua, dan saudara dalam memilih calon pasangan hidup, dan pilihlah wanita yang baik agama dan akhlaknya. Baru dilihat nasab, harta, dan cantiknya.

Urusan tentang perempuan memang tidak pernah tidak menarik untuk dibahas, apalagi terkait kehidupan masa depan. Pada akhirnya, kami harus pamit untuk kembali melanjutkan perjalanan. Bukan saja menuju Surabaya, tapi juga menuju masa depan.

Terima kasih Ka Wisda untuk jamuan soto, obrolan, dan nasihat-nasihatnya. Semoga ketika nanti silaturahim kembali, sudah ada perempuan pilihan terbaik, yang akan mendampingi perjalanan kami.

Senin, 11 Juli 2016

Pacarmu Bisa Apa?

Pacarmu bisa menyebrangi selat madura dengan berenang. Pacarmu bisa memainkan alat musik saxophone. Dan pacarmu bisa membuatmu nyaman. Tapi kalo Tuhan bilang aku jodohmu, pacarmu bisa apa?

Minggu, 10 Juli 2016

Syawalan A6

10 Juli 2016

Syawalan A6

Hari terakhir di kampung halaman sebelum kembali ke perantauan kemarin, aku mengahadiri acara silaturahim dan syawalan rutin bersama para alumni, alum, dan adik-adik Muallimin-Muallimaat. Berkumpul dengan mereka ini selalu mengasikan, karena kisah-kisah yg akan diceritakan tidak akan pernah membosankan, meskipun hanya seputaran kehidupan asrama (bukan asmara). Tidak pernah terlalu serius, meski terkadang ada saja jurus-jurus sepik yg dilacarkan, atau mata yg diam-diam saling mencuri lirik dan pandang.

Ketika aku masih menjadi santri muin (Muallimin) dulu, teman-temanku menyebutku aktifis muat (Muallimaat), sebutan untuk anak muin yang sukanya cari-cari bahkan curi-curi cara untuk kenalan dengan anak muat. Entah mengapa, bagiku mereka memiliki keistimewaan tersendiri. Sampai sekarang pun masih sama. Bahkan ketika kelas 6 dulu, aku pernah sesumbar mengatakan bahwa aku ingin memiliki istri seorang alumni Muallimaat. Meskipun musyrifku (Ka Wisda) yang juga alumni Muin mengatakan bahwa diluar sana nanti masih banyak wanita yang lebih menarik daripada anak muat. Belakangan aku baru tau bahwa istrinya juga alumni muat, tapi belum ku konfirmasi kebenarannya.

Lalu, apakah salah ketika anak muin naksir anak muat? Tentu tidak. Bagiku yg salah adalah ketika anak muin dan muat saling pacaran. Bukan karena aku tidak pernah pacaran dengan anak muat, tapi selain memang melanggar aturan madrasah, kalian juga masih terlalu belia. Lebih baik fokus untuk saling berkarya, berprestasi, dan berdoa agar dijodohkan diwaktu yang tepat dan tepat waktu. Bukankah itu lebih keren? Jika kalian pacaran sekarang hanya untuk saling mengadu perasaan, percayalah bahwa itu tidak lebih dari sekedar membuang waktu
.
Teruntuk adik-adikku yang muat, jangan mau pacaran sama anak muin! Kalo mau, mending sama alumni muin aja. Apalagi kalo dia suka membaca, menulis, juga berprestasi. Jadi duta anti narkoba misalnya, sip sudah itu. Dan teruntuk adik-adikku yang muin, jangan pacarin anak muat ya! Kalo mau, lamar aja nanti kalo sudah jadi alumni, sudah sama2 siap, dan sudah direstui.

Jadi, selamat kembali berjuang meraih cita-cita dan cinta masing-masing ya dek, sukses untuk kita semua! Tahun depan, kuy kita syawalan asik lagi. 

Selasa, 05 Juli 2016

Terima Kasih Bu Guru!

Jurnal Digital

30 Ramadhan 1437 / 5 Juli 2016 / hari 30

Terima Kasih Bu Guru!

Sore tadi aku kembali menghadiri buka bersama. Namun, buka buka bersama kali ini cukup berbeda. Karena kali ini buka bersama dalam rangka temu kangen dan reuni akbar lintas angkatan SD Muhammadiyah Paser, sekalian juga menginisiasi pembentukan keluarga alumni. Meskipun aku lebih suka menyebutnya reuni mini. Dengan persiapan dalam waktu yang minimalis dan panitia serta peserta yang juga minimalis karena mendadak, mereka tetap berhasil mengadakan acara yang keren dan asik maximal.

Kemudian, yang membuat buka bersama kali ini juga berbeda, para panitia yang keren-keren ini mengadakan acaranya di SD Muhammadiyah dan turut mengundang para dewan guru. Dan Alhamdulillah, beberapa guru senior dapat menghadiri acara ini dan mereka masih mengenal para muridnya, termasuk aku sendiri. Aku bisa melihat kebahagiaan dan keharuan bu Rini, salah satu guru senior dan juga guru yg kuhormati semasa SD ketika beliau memberikan sambutan saat acara tadi.

Berada pada suasa seperti ini dan diantara para guru-guru SD, membuatku merasa seperti menjadi murid SD kembali. Mereka adalah orang-orang berjasa yang membuatku terbiasa mengucapkan salam dan mendahulukan kaki kanan ketika masuk ruang kelas, membuatku hafal lagu Sang Surya dan lagu-lagu Muhammadiyah lainnya, membiasakanku tadarus beberapa surah Al Quran sebelum pelajaran dimulai, membiasakan kami sholat dzuhur berjamaah sedari kecil, dan masih banyak lagi ilmu lainnya, selain mentransfer ilmu-ilmu duniawi.

Kadang kita terlalu sibuk buka bersama kawan-kawan lama dengan tema reuni, tapi jarang mengajak para guru sekalian ikut reuni. Padahal, masa indah pada saat sekolah, bukan saja bersama kawan-kawan lama. Terkadang kenangan bersama  para guru pun cukup lucu dan menyenangkan untuk dikenang, meskipun itu berupa cubitan di lengan.

Jadi, terima kasih kepada adik-adik panitia yg keren-keren yang hari ini sudah kembali membuatku merasa menjadi murid SD lagi, dan terima kasih para ibu Guru yang sudah berkenan hadir menemui anak-anakmu yg bandel-bandel ini.

Semoga selalu sehat, penuh berkah, dan senantiasa dalam lindungan Allah ya bu guru, dan terima kasih untuk ilmu serta doanya selama ini. ☺

#alumnisdmuhtgt

Senin, 04 Juli 2016

Menata(p) Masa Depan

Jurnal Digital

29 Ramadhan 1437 / 4 Juli 2016 / hari 29

Menata(p) Masa Depan

Mereka berdua adalah dua orang dari sebagian kecil kawanku di kampung yang membuatku tidak merasa asing ketika pulang kampung. Mungkin karena sebagian hidupku lebih sering kuhabiskan di kampung-kampung orang, aku kadang merasa asing di kampung sendiri. Mereka berdua adalah Hendra dan Fajar. Kami bertiga sudah bersahabat sejak lama.

Bahkan aku dan Hendra sudah berkawan sedari TK. Persahabatan kami bertiga bisa dibilang unik. Kami lebih sering bertengkar, berdebat, saling mengejek, saling membunguli, saling rasan-rasan, dan kadang saling benci, tapi tetap saja selalu main dan tertawa bertiga. Bungul banar jar orang banjar.


Ketika idul fitri setiap tahunnya, kami pun selalu kompak untuk jalan-jalan silaturahim kemana-kemana bertiga. Mungkin kami bersahabat seperti anak kecil, tapi aku suka. Kami bertengkar, berdebat, ribut, bahkan frontal, tapi selalu diakhiri dengan tertawa. Tidak ada dendam sama sekali, hanya tawa saja dan kemudian bertengkar lagi, berdebat lagi, ribut lagi. Tadi sore kami mengadakan buka bersama kawan-kawan lama dan lagi-lagi yg pertama kali datang kami bertiga, padahal kami tidak janjian.

Sebenarnya aku lebih suka menyebut buka bersama tadi sore sebagai pesta bujang. Ya, karena salah satu dari kami pada bulan ini akan mengakhiri masa lajangnya secara hakiki. Aku turut bahagia, tapi juga sedikit khawatir. Apa besok ketika sudah berpasangan, dia masih bisa kami ajak main bersama? Bertengkar lagi, berdebat lagi, ribut lagi? Kalaupun tidak bisa, maka maklum adalah keharusan.

Mungkin ini juga sebagai pengingatku bahwa aku sudah beranjak tua dan (semoga) dewasa. Beberapa kawanku bahkan akan dan sudah membangun rumah tangga. Diumur yang sekarang, sudah saatnya selain selalu bermain dan menikmati hidup, aku juga harus mulai untuk menata dan mempersiapkan diri untuk kehidupan masa depan secara serius.

Jadi, selamat (akan) menempuh hidup baru ya Hen! Tetap asik dan tetap usik sama kita ya! Dan semoga rumah tangganya nanti sakinah, berkah, dan berprestasi, aamiin. 

Semoga aku sama Fajar bisa segera nyusul juga ya! 

PS: kalo buka bersama, jangan lupa sholat bersama (jamaah) juga ya! ☺

Minggu, 03 Juli 2016

Syarat Melamar Wanita

Jurnal Digital

28 Ramadhan 1437 / 3 Juli 2016 / hari 28

Syarat Melamar Wanita

Tausiyah sehabis isya di Masjid Syuhada tadi diisi oleh Dr. Kastolani, MA. Beliau adalah kepala pengadilan agama Kab. Paser. Sekilas tampak masih muda. Tema malam ini pun sesuai dengan latar belakang beliau, yaitu problematika rumah tangga. Kupikir ini akan membosankan, karena sepertinya lebih cocok bagi para orang yang telah berumah tangga.
Tapi ternyata dugaanku salah. Selama 30 menit, aku betul-betul memperhatikan materi tausiyah beliau. Beliau membuka tausiyahnya dengan mengatakan bahwa konsep keluarga muslim itu bukan sakinah dan bahagia, tetapi sakinah dan barokah. Jika dikatakan bahagia, sangat tidak realistis.

Tidak realistisnya semisal, ketika seorang suami selingkuh, apa istri akan tetap bahagia? Atau ketika keluarga sedang susah dan bermasalah, apa juga akan bahagia? Tentu tidak. Rasul dan para sahabat pun ketika berumah tangga, tidak selalu bahagia. Tetap ada masalah dan duka. Karenanya kepada orang yang menikah, sunnahnya kita doakan agar sakinah dan berkah, bukan sakinah dan bahagia. Bahkan beberapa ulama memakruhkannya.

Dan yang paling menohok adalah, ketika beliau menghimbau kepada para wali wanita bahwa sebaiknya menambahkan mahar atau syarat kepada lelaki yang ingin melamar anak wanitanya, yaitu sholat shubuh 40 hari berjamaah di masjid. Jika belum bisa, lebih baik jangan diterima lamarannya. Karena orang yang bisa istiqomah sholat shubuh minimal 40 hari, InsyaAllah dapat membina rumah tangga dengan baik.

Kunci keberhasilan rumah tangga keluarga, terletak dari sholatnya. Begitupun keretakan sebuah keluarga. Tidak jarang orang yang berantakan rumah tangganya, ternyata sholatnya pun berantakan. Bahkan beliau mengatakan bahwa di era modern sekarang, rumah tangga baik dan stabil itu merupakan prestasi. Fastainu bi shabri wa sholah, maka, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu.

Jadi, kamu yakin sudah siap bangun rumah tangga bulan syawal besok? Bangun shubuhan berjamaah di masjid sudah belum? Kalo belum, hati2, nanti rumah tangganya ga berprestasi lho! 

PS: ini juga nasihat buat diri sendiri ☺

Sabtu, 02 Juli 2016

Teguh Berhijrah

Jurnal Digital

27 Ramadhan 1437 / 2 Juli 2016 / hari 27

Teguh Berhijrah

Aku punya kawan lama, sebut saja namanya Teguh. Setiap bulan ramadhan tiba, pasti aku selalu bertemu dengannya. Seringnya di masjid ketika melaksanakan taraweh. Begitupun ramadhan kali ini, aku kembali bertemu dengannya.

Namun kali ini ada sedikit perbedaan dibandingkan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Aku bertemu dengannya di dalam masjid, di shaf terdepan ketika sholat isya hendak dimulai. Bahkan, dia lebih seregep melaksanakan ibadah sholat sunnah. Keesokannya, aku datang sedikit lebih awal. Ternyata, Teguh sudah kembali mengisi shaf terdepan, sambil membaca mushaf Qur'an.

Teguh ini kawan seumuran dan seangkatanku. Namun, dia sekarang telah bekerja. Beberapa kawanku pun tau betul bahwa Teguh sempat memiliki catatan hitam dalam masa lalunya. Namun siapa sangka bahwa Teguh yang meskipun memiliki masa lalu yang buruk, ternyata mampu menjadi pribadi yang lebih baik? Setidaknya dia datang lebih awal ke masjid, masih mengisi shaf terdepan di akhir ramadhan, dan masih mau membaca Qur'an.
Bahasa kerennya sekarang, Teguh lagi berhijrah. Maka benar saja, setiap orang yg memiliki masa lalu yang buruk, maka dia juga punya hak yang sama untuk memiliki masa depan yang lebih baik. Bisa jadi orang yang hari ini gemar tampil dengan rambut terurai warna warni, mengenakan pakaian semi bikini dan rok mini, besok adalah orang yang paling rapat menutup aurat.

Sebagai muslim, aku diajarkan bahwa tugas manusia bukan untuk mencatat dosa orang lain, itu tugas malaikat. Apalagi sampai menghakimi, menyalahkan, mengkafirkan, atau malah menerakakan seseorang. Tugasku adalah saling mengajak, manasihati, atau minimal saling mendoakan dalam kebenaran dan kesabaran. Toh pahala dan dosa, serta surga dan neraka bukanlah monopoli seorang manusia, tapi hak prerogatif Allah subhanahu wa ta'ala.

Jadi, masih galau malam minggumu mau ngapain? Ya kali ga malu sama si Teguh yang datang lebih awal ke masjid, ngisi shaf depan, dan baca Qur'an. 😄

Jumat, 01 Juli 2016

Babeku Petani

Jurnal Digital

26 Ramadhan 1437 / 1 Juli 2016 / hari 26

Babeku Petani

Dulu aku sering bingung ketika mengisi form tentang profesi ayah (babe). Kupikir profesi sebuah pekerjaan yang membutuhkan jam kerja dan seragam. Polisi, tentara, guru, dan dokter adalah profesi yang kutau. Padahal babe juga punya jam kerja, pagi dan sore. Pun seragam kerja, kaos lengan panjang kumal, sepatu boot safety, topi, dan cangkul. Iya, profesi babeku adalah petani.

Aku memang keturunan keluarga petani dari garis ayah. Kaiku (kakek) seorang PNS di dinas pertanian. Babe juga alumni sekolah pertanian ketika sekolah setingkat SMA dan kuliah di jurusan pertanian. Dia adalah orang yang membuktikan padaku bahwa jurusan pertanian pun bisa mencetak petani. Aku bingung, ketika jurusan kedokteran mencetak dokter, jurusan psikologi mencetak psikolog, aku belum pernah dengar jurusan pertanian mencetak petani. Aku pun melanjutkan tradisi keluarga sebagai petani, meskipun hanya di harvest moon.

Jauh sebelum orang-orang berbicara tentang passion, babe telah memberikanku contoh nyata apa itu passion. Ya, baginya bertani bukan sekedar profesi, beliau mengatakan bahwa ini juga hobi, olahraga, sekaligus kerja. Beliau sangat mencintai dan berusaha menularkan passionnya ini padaku. Dan tampaknya mulai berhasil. Harvest Moon pun membuatku memiliki impian yang masih kujaga sampai sekarang, yaitu memiliki lahan pertanian dengan peternakan ayam, domba, dan sapi yang bisa kuawasi sambil berkuda. Pelan tapi pasti, ternyata malah babe yg mulai mewujudkannya.

Babe menunjukan bahwa profesi bukan tentang sekedar gengsi. Tapi lebih penting lagi, bagaimana sebuah profesi bisa membuat hidup lebih hidup, dan bisa menghidupi kehidupan. Tetes keringatnya selama bertani nyatanya bisa membuatku sekolah, membeli buku-buku, dan sebagai uang jajanku, selain daripada gaji mama juga sebagai bidan.

Sekarang, jika ada orang yang bertanya tentang profesi babe, maka dengan bangga aku menjawab bahwa profesi babeku adalah petani. Dan akupun akan menyusul dan melanjutkan usahanya sebagai petani suatu saat nanti. Ya namanya juga keluarga petani, mau jadi apapun ya tetap juga bertani. 

PS: Buah naga merah, segar dan manis kayak kamu, minat? PM ☺