Selasa, 10 November 2015

Semester Tujuh Masih Jo...

  STMJ, bukan susu telur madu jahe maksudnya, tapi semester tujuh masih jomblo. Iya, ini status yang katanya sedang kusandang dengan beberapa kawan di kampus. Udah jadi mahasiswa semester tujuh, tapi masih jomblo aja alias ga punya pacar. Sebenarnya ga terlalu ambil pusing lah sama status satu ini. Rasanya ya biasa aja, ga penting-penting banget dan ga terlalu membawa pengaruh besar juga dalam hidup. Cuma kadang bingung sama temen-temen yang suka becandaan atau mungkin seriusan ngasih status ini ke orang lain. Bingung kenapa? Bingung kenapa yang ada di otak mereka tentang semester 7 cuma jomblo? Mungkin ga juga sih, mungkin ada juga pikiran buat buruan lulus. Tapi jomblo ini masih jadi salah satu pikiran yang mayor, dan buktinya ada istilah STMJ tadi.

  Aku jadi kepikiran tentang mereka yang terlalu sibuk sama status ini, kenapa sih harus jadi masalah kalo semester tujuh masih jomblo? Apa ketika di semester tujuh emang sudah harus punya pacar? Entahlah darimana budayanya. Mungkin propaganda ftv meyek-meyek serigala-serigalaan juga propaganda-popaganda yang menyudutkan para jomblo berhasil meracuni otak sebagian kawan-kawanku. Di pikiran mereka jomblo adalah sebuah status yang hina dina. Sampe harus ada istilah STMJ segala. Semester tujuh menandakan kesenioran seorang mahasiswa di kampus. Jelas, dia adalah mahasiswa tertua dilihat dari segi akademis. Berlaku di Fakultasku sih. Kalo udah semester delapan dan seterusnya itu veteran namanya. Kalo lebih dari itu lagi, mungkin dia sedang mengejar gelar Legend. Semester tujuh juga menandakan proses menuju kematangan berpikir seseorang, seenggaknya ini yang mulai kurasakan. Semester tujuh itu, semester dimana kebanyakan dari kita sudah menapaki usia kepala dua. Kecuali yang masih sembilan belas. Semester tujuh adalah masa dimana kita akan melihat seberkas cahaya gerbang wisuda di depan mata.

  Semester tujuh juga dengan keseniorannya, dengan mulai matangnya pemikirannya, dan dengan gerbang wisuda di depan matanya, harusnya kita bisa berpikir hal-hal yang lebih bermakna dan membuat kita produktif  daripada sekedar meributkan siapa pacar kamu di semester tujuh. Daripada berpikir tentang Semester Tujuh Masih Jomblo, kenapa sih ga mikir semester tujuh masih belum berkarya? Semester tujuh masih belum punya prestasi? Semester tujuh masih belum bisa ngaji? Semester tujuh masih belum kelar skripsi? Bagiku hal-hal kayak gitu bisa bikin kita lebih produktif dan kreatif dariapda mikirin semester tujuh masih jomblo. Masalah jodoh, yakin aja, sudah ada Allah yang atur.

  Kamu harus ingat, waktu interview kerja kamu ga bakal ditanya siapa atau berapa mantan-mantanmu waktu kuliah. Di curriculum vitae-mu pun, kalo kamu tulis nama mantan-mantanmu pas kuliah, gabakal laku sob. So, daripada kita sibuk cari pacar karena sudah semester tujuh, mending sekarang fokus gimana biar bisa menjadi orang yang produktif, bisa berkarya, bisa berprestasi, bisa ngaji. Masalah jodoh, sekali lagi, biar Allah yang atur, kita usahakan perbaiki diri aja. Kalo belum dapat di semester tujuh, mungkin ada di semester delapan. Kalo belum dapet disemester delapan? Mungkin nanti pas dokter muda. Kalo belum dapet juga? Mungkin nanti pas dokter. Kalo pas udah jadi dokter belum dapet juga?? Coba ngaca, mungkin kamu berpenampilan kurang menarik luar dalam, kurang doa, dan kurang usaha.

  Kembali ke semester tujuh. Oke sob, sudahlah, aku yakin kamu sebenarnya punya maksud baik ke temen-temenmu yang jomblo ini biar kita ga kesepian sebagaimana pikirmu, dengan status STMJ yang kau berikan. Tapi alangkah baiknya lagi, kalo kamu itu semangatin kita biar kita bisa semakin produktif atau semakin kreatif dalam berkarya, atau dalam berprestasi nyata. Kalo kami produktif dan kreatif dalam berkarya dan berprestasi nyata, jodohpun biasanya akan lancar. Daripada kalian semangatin kami buat cari cewek, hanya membuat kami ini nampak seperti fakir cinta dan asmara di semester tujuh. Dan beberapa kawan-kawan yang tidak terima terlihat sebagai fakir cinta dan asmara, malah menjatuhkan diri lagi terlihat sebagai pengemis cinta. So, mari kita saling dukung buat saling berkarya dan berprestasi nyata, bukan sekedar melepas status STMJ. Karena bagiku, lebih baik Semester Tujuh Masih Jomblo, daripada Semester Tujuh Masih Belum Sidang Skripsi.

Minggu, 18 Oktober 2015

Kejayaan Masa Lalu

Mungkin mereka berpikir bahwa aku tak lebih dari sekedar tumpukan rongsokan baja yang tak berguna hari ini.

Tapi mereka lupa, bahwa aku memiliki kejayaan masa lalu untuk dikenang. Dimana aku pernah mempertemukan banyak manusia dan juga membuat mereka dapat bepergian jauh.

Sedangkan mereka yang membuatku hanya sekedar latar berfoto, kebanyakan dari mereka kesal, meskipun hanya membaca atau mendengar kata “masa lalu”.

Mungkin tidak ada sekeping kejayaan pun di masa lalu yang mereka miliki. Atau juga kejayaan masa lalu merupakan keniscayaan yang tidak pernah terjadi bagi mereka.


Atau juga kejayaan masa lalu mereka sebenarnya tertutupi oleh hati dan perasaan mereka yang terlanjur kesal dengan kata-kata masa lalu.


Patologi KEDOK-teran

  Suatu waktu pernah nonton tv, seperti biasanya. Cuma kali ini nonton acara ftv disalah satu stasiun tv yang terkenal dengan Elang besarnya sebagai tumpangan pemeran utama. Gatau kenapa pengen aja nonton stasiun tv ini. Disalah satu adegan yang keseluruhan isinya emang ga realistis, istri dari pemeran utamanya sakit perut dan dibawa ke klinik atau rumah yang di tempelin poster biologi biar keliatan kayak klinik.

  Dokternya dengan snellinya* yang khas berwarna putih dan stetoskop melingkar dilehernya, dengan tergupuh-gupuh kemudian melakukan perkusi di abdomen si istri ini. Setelah itu, kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik sudah barang tentu tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Yap, si dokter memberi penjelasan ke ibunya kalo anaknya ini ternyata kena Kanker Rahim atau CA Cervix, dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahimnya atau histrektomi.

  Disini saya pun jadi ikutan emosinal.Bukan, bukan emosional berupa nangis gara-gara kebawa suasana si ibu yang nangis karena tau anaknya gabakal bisa punya anak kandung, bukan Tapi saya emosi karena mungkin sedikit jengkel.Atau mungkin juga banyak.

  Saya belajar ilmu Patologi Anatomi di FK dan nilainya saja belum Cukup memuaskan.Bahkan saya harus ikut dua kali Semester Pendek untuk kemudian mendapat nilai yang Bagus.Lah ini, ada bapak-bapak yang pake snelli, modal perkusi di abdomen doang, bisa langsung mendiagnosis di tempat kalo itu CA Cervix.Bingung deh antara mau kagum atau sedih.Mungkin dia dulu sekolahnya di Fakultas KEDOK-teran.Jadi, dokternya cuma kedok aja.

  Sebenarnya kayak ginian sudah pernah dan banyak dibahas sih di dumay. Cuma, kali ini bener-bener emosional aja, karena saya nonton dengan mata kepala sendiri sambil ga sengaja ngliat nilai PA di KHS lama.Kok ya kamar lagi berantakan sih waktu itu, dan KHS kebetulan ada dideketku.Sebuah kebetulan yang betul-betul terjadi betulan.Jadi harap maklum lah ya kalo agak emosional.

  FYI, saya akhirnya sudah lulus mata kuliah PA dengan jujur, nilai Bagus, dan memuaskan. Tentunya dengan usaha yang ga modal tolah toleh sana sini aja pas hari H ujian. Kalo modal tolah toleh sana sini aja, mungkin kejadian “kedok-(dok)ter” tadi, yang dengan modal penampilan ber-snelli, stetoskop melingkar di leher, kemudian hanya dengan perkusi di abdomen saja sudah bisa mendiagnosis CA Cervix, bisa jadi itu adalah saya di masa depan. Astagfirullah, jangan sampai lah ya.

*Jas putih dokter yang biasa dipakai untuk praktik.

Self Reminder

Orang yang hari ini gemar tampil dengan rambut tergurai warna warni, mengenakan pakaian semi bikini dan rok mini, bisa jadi besok adalah orang yang paling rapat menutup aurat.

Orang yang hari ini gemar menghabiskan malam-malamnya di club malam atau diskotik sambil menenggak minuman keras, bisa jadi besok adalah orang yang paling giat sholat tahajud di setiap malamnya sambil meneteskan air mata disetiap doa sepertiga malamnya.

Orang yang hari ini gemar mengisi waktunya untuk nongkrong di café sambil bercanda, tertawa riang gembira hingga lupa waktu sholat, bisa jadi besok adalah orang yang paling betah berada di majelis ilmu dalam rangka menimba ilmu agama.

Tugasku bukanlah mengkafir-kafirkan apalagi menerakakan seseorang. Tugasku adalah mengajak, mengingatkan, atau minimal mendoakan mereka segera mejemput hidayah.

Tugasku bukanlah mencatat dosa-dosa mereka, biarlah itu menjadi tugas malaikat. Tugasku adalah mengajak mereka untuk saling berlomba dalam kebaikan.

Tugasku bukanlah untuk mengumpat orang yang berusaha untuk taat syariat. Tugasku adalah mendukung dan menghormati usaha mereka untuk taat syariat.

Agamaku Islam adalah agama damai, rahmat bagi seluruh alam. Rabbku Allah, Maha Mengasihi lagi Maha Menyayangi. Nabiku Muhammad sholallahu ‘alaihi wasalam, Uswatun Hasanah bagi umatnya.


Semoga Allah segera memberimu hidayah dan kau segera menjemputnya, aamiin.

Minggu, 11 Oktober 2015

Cerita Lama

Kamu itu bukan masa lalu, tapi cerita lama.

Jadi ceritanya aku pernah suka sama dua cewek yang berbeda dalam waktu yang berbeda pula. Cewek pertama pas semester 1-3 dan yang kedua pas semester 4-6. Dua-duanya sekarang sudah punya pacar.

Yang satunya masih berhubungan baik seperti biasa denganku, meskipun mungkin terdapat kecanggungan diantara kami. Yang satunya lagi, berhubungan lebih baik dan luar biasa.

Lebih baik dan luar biasa dalam artian kembali mirip seperti dulu. Tidak ada kecanggungan diantara kami. Lebih sering komunikasi meskipun ga penting-penting banget. Mirip-miriplah kayak dulu di awal-awal pdkt.

Kalo kata teman-teman dan sodara-sodaraku, aku ditikung. Kata mereka, aku ditikung karena aku ga cukup cepat. Aku terlalu lambat. Kata mereka aku omong tok sih. Perasaanku udah jauh, hanya langkahku yang belum. Katanya sih begitu.

Tapi, apapun yang dikatakan mereka, mereka tetap teman-teman dan sodaraku, dan mereka bermaksud baik. Lalu, bagaimana kataku? Kataku sih, yasudahlah. Lanjutkan hidup!!! Pendek dan simple ya? Iya.

Dan bagiku, mereka bukan masa lalu, tapi cerita lama. Katanya sih masa lalu buat dikenang, makanya aku sebut mereka cerita lama. Biar ga sekedar dikenang, tapi bisa diceritakan.

Cerita lama buat diceritakan kepada anak cucu kelak. Cerita lama tentang sebuah cerita pendek. Sependek rambutku setelah potong rambut. Sependek perjuanganku selama 3 semester untuk berusaha mendapatkan hatinya. Terima kasih cerita lama. :)

Kamis, 08 Oktober 2015

Cerminan Masa Lalu dan Cerminan Masa Depan

  Kita pasti pernah atau bahkan sering geram ketika mendengar atau membaca  pemberitaan media masa tentang oknum anggota DPR kita yang terhormat, yang menjadi wakil rakyat, tentunya menjadi wakil kita pula, kerjaannya datang, tidur, dengkur, suka bolos teratur, kadang study banding padahal sekalian tur, lebih banyak mikirin duit dan malas mikirin rakyatnya. Belum lagi pemberitaan tentang oknum anggota DPR yang harusnya memerjuangkan hak rakyat, eh malah ngerampok duitnya rakyat. Dan celakanya, stigma negatif itu udah menjadi hal yang mainstream di kalangan masyarakat kita. Ada lagi kelakuan oknum anggota DPR kita belakangan yang  berlakon bagaikan anak kecil sedang berkelahi demi memerebutkan kekuasaan disana, dan celakanya pula, hal tersebut menjadi konsumsi publik secara LIVE di beberapa stasiun TV Nasional. Bahkan anak kecil, mungkin bisa berkelahi lebih baik. Disusul pula drama yang akhirnya meloloskan seseorang yang memiliki rekam jejak hukum yang masih “abu-abu”, untuk lolos uji kelayakan dan hampir menjadi pemimpin bagi para polisi se RI ini. Beberapa waktu yang lalu pun, ada meme comic yang menyindir oknum anggota DPR ini dengan cara membandingkan foto beberapa oknum anggota mereka yang sedang tertidur di ruang DPR dengan para TIM SAR gabungan yang bertugas mengevakuasi korban Air Asia yang juga sedang tidur (sepertinya) disalah satu KRI, dengan judul, ”bedanya orang tidur karena kerja dan orang yang kerjaannya cuma tidur”, miris. 

Rabu, 07 Oktober 2015

Tentang Prinsip

  Aku lebih suka kita berdebat bahkan bertengkar tentang siapa yang lebih cantik atara Isyana Sarasvati atau Raisa, daripada kita berdebat bahkan bertengkar tentang prinsip masing-masing. Ketika kita berdebat bahkan bertengkar tentang prinsip masing-masing, kita bisa saja berhadap-hadapan sebagai lawan satu sama lain, sebagai orang asing yang tidak pernah mengenal satu sama lain. Bahkan mungkin kita bisa berdebat dan bertengkar sampai watu yang lama, dan aku tidak mau itu terjadi.

  Namun, ketika kita berdebat bahkan bertengkar tentang siapa yang lebih cantik antara Isyana Sarasvati atau Raisa, kita pasti tetap dapat jalan berdampingan sebagai kawan, karena kita pasti sepakat, yang lebih cantik tentu wanita yang lewat didepan mata kita ketika kita nongkrong di "Jembatan Senior" di kampus. Hal yang sering kita lakukan sehabis kuliah, dan akan menjadi kenangan tersendiri kelak.

  Jika memang perdebatan dan pertengkaran kita hanya akan merusak persahabatan kita, maka sungguh sebenarnya hal itu tidak sesuai dengan prinsipku. Salah satu kaidah yang kupegang adalah dar 'ul mafasidi muqaddamu 'ala jalbil musholih, menolak mudharat didahulkan daripada menarik maslahat. Maka, jika memang perdebatan kita tentang prinsip masing-masing hanya akan menimbulkan perpecahan diantara kita, biarlah aku yang mengalah dengan diam, kawan.

  Aku tak akan memaksakan prinsipku kepadamu, karena aku yakin kau pasti faham bagaimana prinsipku. Begitupun denganmu, kau pun tak akan memaksakan prinsipmu kepadaku. Bagimu prinsipmu, dan bagiku prinsipku. Dan menurutku, sebenarnya calon istriku lebih cantik daripada Isyana Sarasvati atau Raisa, apalagi kalo dibandingkan sama kamu.

Senin, 05 Oktober 2015

Bisa (:)

Aku mungkin ga bisa gandeng kamu sebagai pacarmu. Meskipun aku jadi pacarmu, belum tentu aku mau gandengan sama kamu. Mesikipun aku benar-benar menyukaimu, belum tentu juga aku mau macarin kamu. Tapi, diluar semua itu, meskipun kamu sudah jadi pacarnya, yang fix bikin aku ga bisa gandeng kamu, selain aku emang gamau gandeng kamu karena ga dibolehin kalo belum halal, kita tetap bisa jalan beriringan kan?


Rasa Mie Kuah Soto Tumpah

Ada analogi lain yang bisa menjelaskan tentang rasanya dikhiantin selain gelas, piring, atau cermin yang pecah. Coba kamu buat mie kuah rasa soto dua bungkus pake telor pas tanggal tua, terus ga sengaja mienya yang udah siap makan tadi tumpah. Nah, mungkin kayak gitu sih rasanya dikhianatin versiku kalo kamu pengen tau.


Romantis

  Romantisku itu sederhana. Sesederhana jadi imam sholatmu misalnya. Tapi sayangnya waktu itu kamu lagi halangan, yaudah ga jadi romantis sama kamu. Romantis sama Allah Yang Maha Cinta dulu aja. Sekalian minta suatu saat nanti bukan cuma bisa jadi imam yang mimpin kamu sholat fardhu 5 waktu aja setiap hari, tapi juga jadi imam yang ngajarin anak-anak mu kelak baca surah Al-Fatihah dan jadi imam yang bisa memerankan posisi bapakmu sebagai laki-laki yang betanggung jawab melindungi dan menghidupimu.


Sendiri(an)

"Kamu ini, main sendiri, makan sendiri, nonton sendiri, jalan-jalan juga sendiri, kamu ini lagi ngapain sih? Uji nyali?"

  Kalo kata orang sih, aku ini jomblo, makanya ngapa-ngapain seringnya serba sendiri aja. Tapi apa itu jadi masalah? Bagiku sih enggak, biasa aja. Tapi ternyata bagi sebagian orang, "IYA!", itu masalah. Bahkan bisa jadi sudah jadi rumusan masalah. Apalagi bagi beberapa sahabat dan teman-temanku yang berpikir bahwa harusnya aku punya pacar. Biar apa? biar ada pacar yang nemenin kalo lagi main kemana, kalo lagi makan dimana, kalo lagi nonton apa, dan kalo lagi jalan-jalan kelilingin kota Surabaya. Tapi jawabanku ke mereka selalu sama, diam aja. Ada orang yang berpikir bahwa menjelaskan prinsip sendiri kepada orang lain, kadang hanya akan menjadi perdebatan sia-sia saja. Dan ya, aku orang itu. Dan demi menghormati persahabatanku dengan sahabat-sahabatku, kadang aku lebih memilih diam untuk menghindari perdebatan yang sia-sia. Aku lebih suka berdebat tentang siapa yang lebih cantik antara Isyana Sarasvati atau raisa, daripada berdebat tentang prinsip.

  Ga ada salahnya melakukan beberapa hal sendirian, meskipun terkadang beberapa hal yang dilakukan bersama-sama jauh lebih baik. Sholat berjamaah misalnya, kalo ga salah sih lebih baik 27 derajat daripada sholat sendirian. Apalagi sholat shubuh berjamah di masjid. Oke, itu pengecualian. Bagiku, menyendiri itu bisa membuatku lebih dekat dan lebih kenal dengan diriku sendiri. Kadang kita terlalu sering melakukan hal rame-rame, yang membuat kita lebih mengenal orang lain daripada mengenal diri kita sendiri. Atau bahkan orang lain yang mengenal diri kita lebih baik daripada diri kita sendiri. Sesekali, cobalah keluar sendiri. Makanlah di tempat ramai sendiri. Datangilah suatu tempat yang belum pernah kau datangi sendiri. Mungkin kamu bakal kenalan sama dirimu yang selama ini belum kamu kenal baik. Mungkin ada monolog-monolog yang selama ini sering terabaikan olehmu karena keramaian yang sering mengurungmu. Dan semoga akan ada hal baik dan pemahaman baik pula yang kamu peroleh setelah penyendirianmu itu.

  Oh iya, meskipun kamu sendiri, tapi sejatinya kamu ga sendirian. Ada Allah, Rabb-Mu yang selalu nemenin kamu kok. Jadi, gausah khawatir buat sendirian atau dikatain jomblo. Kalo kamu kenal baik sama dirimu, mungkin kamu ga bakal terlalu terpengaruh sama suara sumbang orang lain yang berusaha mengejekmu, atau menjatuhkanmu, woles aja kali. Selamat menyendiri.

Selasa, 15 September 2015

Mereka kawan baikku

Kecewa? Engga. Sakit Hati? Engga. Patah Hati? Engga. Semua biasa aja. Aku berkawan baik dengan mereka semua. Mereka itu maksudku kekecewaan, sakit hati, dan patah hati. Sesama kawan baik, tidak akan pernah saling mengecewakan, membuat sakit hati, apalagi membuat patah hati. 

Kalo kamu gampang kecewa, sakit hati, atau patah hati, mungkin kamu ga berkawan baik dengan mereka, atau mungkin juga kamu musuhan sama mereka. Lebih baik sekarang, mulailah berkenalan dan berteman baik dengan mereka. Suatu saat, pasti ada kisah-kisah penuh hikmah yang keren dari mereka, percaya deh. Kalo ga percaya, buktikan sendiri deh.

Sambil mikir mau ngetik apa di BAB VI TA kalo H1 ketolak dan H0 keterima. Ini gak kecewa kok, cuma mikir.


Seksi

Bagiku, seksi itu bukan hanya tentang sensualitas melulu. Aku memiliki sudut pandang yang berbeda tentang seksi. Mungkin juga berbeda dengan sudut pandang yang kau punya. Bagiku, seksi itu juga tentang intelektualitas. Ya, wanita yang memiliki intelektualitas, bagiku adalah wanita yang seksi. 

Jika kau tak percaya, tengoklah Najwa Sihab, Fifi Aleyda Yahya, atau wanita lain yang memiliki karir yang sama dengan mereka berdua. Kemudian buktikanlah, bahwasanya intelektualitas dapat membuat wanita tampak lebih seksi dan tentunya tetap dipandang terhormat dan bermartabat. 

Jika kau bersikeras dan ngotot bahwa seksi itu hanya tentang sensualitas melulu, hmm...coba periksa, jangan-jangan otakmu ada di antara kedua selangkanganmu.

Ah, itu hanya sudut pandangku saja. Kau pun boleh dan sangat berhak untuk memiliki sudut pandang serta mengemukakan pendapat yang berbeda dariku, silakan. :)

Minggu, 28 Juni 2015

Suatu Ketika

Suatu ketika nanti, pasti ada sesuatu yang memang sudah waktunya untuk direlakan dan diikhlaskan untuk dilepaskan. 

Yang harus dilakukan, terima dengan lapang dada, gentleman, dan ambil hikmahnya. 

Potong rambut misalnya. 

Karena cinta, terkadang tidak harus memiliki. 

:)

Semoga Saja Benar

Kadang cinta itu tak harus memiliki. 

Aku belajar dari pengalamanku bersamanya. 

Karena itu aku potong rambut. 

:)