Kamis, 30 Juni 2016

Utusan Keluarga

Jurnal Digital

25 Ramadhan 1437 / 30 Juni 2016 / hari 25

Utusan Keluarga

Mudik bagiku adalah hal yang menyenangkan sekaligus melelahkan. Menyenangkan karena akan kumpul keluarga, melelahkan karena perjalanan yang harus kutempuh. Banyak yang mengira bahwa daerah asalku daerah terpencil karena perjalanan yang harus kutempuh. Ketika mudik, aku akan menggunakan moda transportasi udara, laut, dan darat. Mula-mula terbang dari Surabaya ke Balikpapan selama 1,5 jam. Sesampainya di Balikpapan, aku menuju pelabuhan selama 45 menit dan lanjut menyeberangi teluk selama 15 menit menuju Penajam. Sampai di Penajam, aku lanjutkan perjalanan darat selama 3 jam menuju rumah di Tanah Grogot, Kab. Paser. Total perjalananku sekitar 5,5 sampai 6 jam.

Melelahkan? Jelas. Tapi aku anggap ini sebagai konsekuensi sebagai orang yang mendapat amanah menjadi utusan keluarga untuk sekolah ke Pulau Jawa. Dan tidak semua anggota keluarga yang bisa mendapatkan amanah ini. Aku juga bukan orang yang suka pulang kampung terlalu sering. Hanya ketika lebaran aku pulang. Bukan karena melelahkan, tapi karena sungkan. Sungkan karena belum bisa memberi kebanggan nyata sebagai utusan keluarga, selain daripada beban.

Aku jadi ingat hal yang pernah diajarkan salah satu pamanku ketika aku kecil dulu, "orang bugis itu kalo merantau, tidak boleh pulang sebelum sukses!". Aku juga tidak ingin menjadi beban keluarga jika menjadi utusan keluarga yang terlalu manja dengan sering merengek minta pulang atau mengeluh meminta fasilitas ini itu di tanah rantau. Tapi jika hari raya lebaran hendak tiba, dan telah muncul titah untuk pulang, maka sebagai utusan keluarga, semelelahkan apapun perjalanan yang harus ditempuh, aku akan pulang. Memang tidak pernah mudah ketika menjadi utusan keluarga untuk merantau. Apalagi merantau dalam rangka menimba ilmu. Ada amanah dan kehormatan keluarga yang juga turut dibawa.

Dan teruntuk sesama para pejuang utusan keluarga dimanapun berada, demi segala hal yang telah dikorbankan oleh segenap anggota keluarga di rumah untuk amanah yang dititipkan kepadamu, jadilah utusan keluarga yang bisa membanggakan suatu saat nanti ketika telah kembali untuk mengabdi di kampung halaman.

Selamat mudik para utusan keluarga. ☺

Rabu, 29 Juni 2016

Rumah (Tangga) Impian

Jurnal Digital

24 Ramadhan 1437 / 29 Juni 2016 / hari 24

Rumah (Tangga) Impian

Hari ini aku bersama @sriindrakurnia (Iin) melaksanakan rencana yang selalu tertunda beberapa waktu, yaitu nonton film. Tapi karena satu dan lain hal, akhirnya kami batalkan rencana ini tepat di depan kasir. Karena bingung mau ngapain, akhirnya kami memilih duduk dulu sambil berencana untuk mengatur rencana ulang. Meskipun nyatanya kami malah cerita ngalor ngidul sambil membunuh waktu.

Karena bioskopnya mau tutup demi menyambut buka puasa, akhirnya kami putuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang melewati komplek perumahan dengan rumah-rumah mewah, Iin melontarkan pertanyaan menarik, "kalo aku pengen bangun rumah kayak gitu, perlu kerja berapa tahun ya? Bisa ga ya nanti aku bikin rumah? Tapi kok mama papaku dulu bisa?!". Setiap orang pasti punya rumah impian. Dan bagiku, rumah impian bukan hanya tentang bagaimana bentuk rupanya, apa bahan baku bangunannya, dan apa saja fasilitas pendukungnya.

Rumah impian adalah rumah yang bisa membuatku merasa aman, nyaman, kerasan, serta tidak sabar untuk pulang. Rumah mewah dengan berbagai fasilitas pendukung jika hanya dihuni sendirian, mungkin akan mirip dengan pemakaman. Tapi rumah sempit dan minim fasilitas dengan para penghuni yang menyebalkan, mungkin akan mirip seperti kandang hewan. Maka beruntunglah mereka yang menghuni rumah meskipun sederhana, atau syukur-syukur mewah dengan para penghuni yang menyenangkan.

Jika rumah hanya didefinisikan sebagai tempat mandi, makan, tidur, dan bernaung, maka apa bedanya dengan warung kopi pinggir teras? Tipis mungkin bedanya. Maka definisiku tentang rumah adalah tempat kembali untuk berbagi. Berbagi tentang apa saja. Berbagi roti, mie, nasi, kisah, duka, tawa, luka, cerita, cinta, apa saja. Dan jika aku ditanya rumah impian seperti apa yang aku impikan, maka jawabanku adalah rumah yang bisa menjadi surga kecil bagi penghuninya, dan tempat dimana aku bisa bertemu dan berbagi cerita, tawa, cinta, dan apa saja setiap hari bersamamu nanti.

Ini rumah tangga aja belum dibangun-bangun, kok sudah mikir rumah impian ya? Yaudah deh, jadi kapan siap bangun rumah tangga impian bareng? ðŸ˜„

PS: @sriindrakurnia masih jomblo lho ðŸ˜³

Selasa, 28 Juni 2016

Adios @spermajuara

Jurnal Digital

23 Ramadhan 1437 / 28 Juni 2016 / hari 23

Adios @spermajuara

Beberapa hari yang lalu Inggris menyatakan keluar dari keanggotaan Uni Eropa atau istilah kerennya BREXIT, berdasar hasil referemdum rakyatnya sendiri. Kemudian dini hari tadi ternyata Timnas Inggris pun menyusul keluar dari piala Eropa setelah tumbang dari Islandia. Benar-benar negara yang kompak.

Melihat hal ini, batinku juga seakan ingin melakukan referendum yang telah lama tertunda, yaitu tentang nama akunku. Nama akun yang telah kupakai sejak semester 1 di twitter dan kemudian di Instagram. Nama akun yang menurut beberapa orang lucu, keren, unik, tapi ada juga yang menganggap menggelikan bahkan menjijikan. Tidak jarang beberapa temanku mengusulkan untuk menggantinya, karena mungkin mereka malu ketika aku nongol di kolom komentar akun mereka.

Aku tidak pernah terpikir sekalipun untuk menggantinya, meskipun ada rasa sungkan ketika beberapa anggota keluarga (mbak, mas ipar, sepupu-sepupu) dan beberapa ustadku juga menggunakan instagram dan terhubung denganku. Usulan beberapa teman-temanku yang wanita pun, sering kuabaikan.

Namun ketika referendum itu makin mencuat dan seakan harus dilakukan, aku merasa seperti seorang lelaki yang keras kepala dan terlalu egois, jika harus mempertahankan nama akun yang memang cukup kontroversi ini. Dan bagaimana mungkin seorang lelaki yang keras kepala dan egois bisa menjadi pemimpin yang baik untuk keluarganya nanti? Padahal seorang pemimpin tidak boleh keras kepala dan egois, apalagi hanya demi kebahagiannya sendiri.

Maka, dengan pilihan mengganti atau mempertahankannya, aku mengambil jalan tengah dengan membuat akun baru dengan nama serupa. Ya, aku memang tidak menghapusnya, tapi membuatkannya tempat baru. Tempat dimana dia bisa menjadi wadah berkarya tanpa perlu ada yang terganggu.

Dan teruntuk kawan-kawan yang pernah terganggu dengan akun lamaku, aku mohon maaf sebesar-besarnya. Juga teruntuk kawan-kawan yang pernah memberikan usulan untuk mengganti nama akunku, khususnya beberapa waktu lalu, terima kasih telah menyadarkanku. ðŸ˜„

Dan sekarang, akun @denydwihartanto resmi menjadi akun utama yg berfungsi sebagaimana mestinya. Dan @spermajuara menjadi akun ke 2, yg akan berfungsi sebagai diarygram. ☺
Area lampiran

Senin, 27 Juni 2016

Pertemuan dan Perpisahan

Jurnal Digital

22 Ramadhan 1437 / 27 Juni 2016 / hari 22

Pertemuan dan Perpisahan

Punya rumah kontrakan yang gede, nyaman, dua tingkat, berwawasan lingkungan, fasilitas lengkap, ada tempat buat bbq party, dan rumah kontrakakan mahasiswa terbaik no. 2 seantero dukuh kupang dan sekitarnya, ga menjamin seseorang bisa selalu bahagia. Iya, ga akan bahagia jika yang nempatin hanya SESEORANG. Dan ini yang kualami sekarang. Hanya tinggal berdua dalam satu rumah yang terbilang cukup besar untuk dua orang. Apalagi bagi orang yang terbiasa hidup komunal sepertiku, rumah besar ini terasa sangat luas ketika satu persatu penghuninya mulai meninggalkannya. Meskipun aku akan melakukan hal yang sama pula nantinya.

Memang, dengan perginya para penghuninya, aku seakan menjadi penguasa rumah ini. Bisa tidur dimana saja semauku, parkiran lebih luas lagi, keributan hanya dari suara TV yang dihidupkan, mau mandi tinggal pilih mau make yang mana, dan ada tempat yang cukup luas untuk guling-guling jika mau. Tapi apa artinya semua itu jika tidak ada kawan untuk berbagi? Berbagi sofa, berbagi parkiran, berbagi keributan, dan berbagi kamar mandi misalnya? Bagiku ga ada artinya, semu, palsu.

Aku jadi berpikir, jika rumah sebesar ini yang telah 2 tahun kuhuni dengan kawan-kawanku, terasa sangat sepi ketika akhirnya kuhuni sendiri karena harus ditinggalkan satu persatu kawanku, bagaimana rasanya seseorang yg harus hidup sendiri karena ditinggal orang yg dicintai dalam rumah yg telah dihuni bersama selama bertahun-tahun? Mungkin rasanya seperti separuh hidupnya turut pergi pula. Setiap orang memang akan membutuhkan kawan untuk berbagi, khususnya cinta dan cerita. Dan menemukan orang untuk berbagi cinta dan cerita ini, bukan perkara mudah. Oleh karenanya, ketika akhirnya terjadi perpisahan, pasti bukanlah hal yang mudah bagi kedua belah pihak.

Namun kehidupan harus terus berlanjut bukan? Dan perpisahan adalah keniscayaan ketika terjadi sebuah pertemuan. Yang harus dilakukan, tarik nafas dalam2, hembuskan, tersenyumlah, dan lanjutkan kehidupan.

Jadi, kapan arep bbq party maneh rek? Pokoke seduluran sak lawase yo masio aku duduk wong Jowo ðŸ˜„

Minggu, 26 Juni 2016

Memenangkan Hati Anak

Jurnal Digital

21 Ramadhan 1437 / 26 Juni 2016 / hari 21

Memenangkan Hati Anak

Dalam rangka memperingati Hari Anti Narkotika Internasional setiap tanggal 26 Juni, BNN Kota Surabaya mengadakan Pagelaran Seni Budaya di Taman Bungkul Surabaya. Jika kami para duta mengangkat tema lawan narkoba dengan prestasi, maka BNN mengangkat tema yang tidak kalah menarik, "Listen First, Mendengarkan suara hati anak-anak dan generasi muda merupakan langkah awal untuk membantu mereka tumbuh sehat dan aman dari penyalahgunaan narkoba", itu tema yang diangkat oleh BNN.

Selama ini, orang tua sering menjadi penasehat yang baik bagi anak, akan tetapi sangat jarang bisa menjadi pendengar yang baik. Padahal, hubungan antara anak dan orang tua, haruslah hubungan 2 arah, bukan hanya 1 arah. Tidak jarang anak lebih dekat dan lebih percaya kepada kawannya dibanding orang tuanya. Karena kawannya lebih pandai memenangkan hatinya daripada orang tuanya sendiri. Celakanya, ketika kawannya malah membawa anak-anak ini ke pergaulan bebas atas nama solidaritas. Fakta menunjukan bahwa ketika seorang anak menjadi korban penyalahgunaan narkoba, orang tua adalah orang terakhir yang mengetahuinya.

Upaya perlindungan anak dari penyalahgunaan narkoba memang harus dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Dan sebelum melakukan hal tersebut, orang tua harus terlebih dahulu memenangkan hati sang anak. Jika orang tua gagal memenangkan hati anak, jangan salahkan ketika anak mencari pemenang hatinya yang lain. Sesekali, cobalah menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Terkadang, anak2 sudah terlalu bosan menjadi pendengar yang baik, sedangkan mereka tidak diberi waktu untuk berbicara dari hati mereka. Berikanlah mereka waktu untuk berbicara. Dan sebagai orang tua, sediakanlah waktu untuk mendengar dengan baik suara hati mereka.

Jangan biarkan anak kita mendapatkan pemenang hati yang salah, sementara kita sebagai orang tua malah menjadi pecundang bagi hati anak-anak kita. Menangkan hati mereka dan kawanilah mereka dalam tumbuh sehat, kuat, dan aman dari penyalahgunaan narkoba.

Semoga kita bisa menjadi orang tua yang bisa menyenangkan dan memenangkan hati anak-anak kita, demi terwujud generasi emas Indonesia yang bebas dari Narkoba. ☺

Sabtu, 25 Juni 2016

Melawan Narkoba Berjamaah

Jurnal Digital

20 Ramadhan 1437 / 25 Juni 2016 / hari 20

Melawan Narkoba Berjamaah

Dalam rangka menyambut Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) yang diperingati setiap tanggal 26 Juni, Keluarga Besar Duta Anti Narkoba Surabaya (DANS) 2016 bersama DPD Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Jawa Timur, melakukan aksi di Taman Bungkul Surabaya sore tadi. Aksi ini berupa pembagian 2500 takjil kepada para warga kota Surabaya disekitar Taman Bugkul, penandatanganan petisi "Wujudkan Jawa Timur Bebas Narkoba", hiburan berupa musik dan sulap dari para anggota keluarga, pembacaan puisi, dan deklarasi generasi muda penerus bangsa menolak Narkoba.

Acara ini juga dihadiri beberapa tamu undangan, diantaranya HDCI Surabaya, TBM SPINE FK UWKS, AISEC Surabaya, Duta Kampus UWKS, Duta UNAIR, LAKAPANZA UWKS, MAPANZA UNAIR, SAMANZA UHT, dan DFC UBHARA. Narkoba memang masih menjadi momok, PR, dan musuh bersama bagi bangsa ini. Oleh karenanya, dalam upaya memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tidak bisa hanya dilakukan oleh BNN, Kepolisian, GRANAT, atau para Duta Anti Narkoba saja. Perlu kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Bahasa kerennya adalah berjamaah. Oleh karenanya, keluarga DANS 2016 menggandeng komunitas dan ukm kampus di Surabaya dalam aksinya tadi sore.

Selain meriah, acara-acaranya pun cukup menarik dan kreatif, dengan menampilkan bakat-bakat dari para anggota keluarga DANS. Sebagai anak muda, mereka memberikan aksi nyata bagaimana cara melawan narkoba meskipun sederhana. Cara mereka adalah dengan berkreasi dalam aksi. Mungkin sudah saatnya anak muda tidak hanya sibuk dengan masalah cinta yang ujung-ujungnya bisa bikin patah hati. Sudah saatnya anak muda sibuk berkreasi dan berprestasi sebagai aksi nyata melawan narkoba.

Yuk bantu kami wujudkan Jawa Timur bebas Narkoba, demi generasi emas penerus bangsa yang sehat dan kuat tanpa narkoba. Kita lawan narkoba berjamaah, dengan berprestasi berjamaah.

Narkoba, No! Prestasi, Yes!
Narkoba, No! Mahmuda...😄

Jumat, 24 Juni 2016

Saudara 86

Jurnal Digital

19 Ramadhan 1437 / 24 Juni 2016 / hari 19

Saudara 86

McD Mulyosari adalah tempat pertama kali kami bersilaturahim sebagai saudara yang sedang merantau di Surabaya. Waktu itu tahun 2012 dan kami masih 5 orang. Namun karena satu dan lain hal, tersisalah kami 3 lelaki yang dipersaudarakan oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dalam keluarga besar 86. Biasanya ada alumni Muallimin (Muin) dan Muallimaat (Muat) seangkatan yang kuliah sekota. Namun ternyata, seangkatan kami, baik Muin atau Muat, hanya kami bertiga yang memilih Surabaya sebagai kota untuk kuliah.

Karena kuantitas kami yang minimalis, kesadaran kami meningkat untuk memaksimalkan kualitas persaudaraan. Akhirnya kami rajin membuat acara silaturahim bertiga, meskipun sekedar bertemu untuk diskusi mulai dari hal yang sepele sampai yang sepele banget. Tentang kuliah, cewek, mantan, bribikan, jodoh, dan cewek yang lagi nogkrong di meja sebelah kami. Hal ini rutin kami lakukan sedari maba hingga menjadi sarjana seperti sekarang ini. Iya, masing-masing dari kami telah menjadi sarjana meskipun masih menunggu diwisuda. Kenalkan, mereka adalah Mahenda Abdillah Kamil, S.Stat., sarjana ilmu statistik UNAIR, dan Fahmi Nurulil Amri Yunus, S.T., sarjana teknik sipil ITS.

Sebagai saudara, aku memang tidak pernah selalu ada setiap waktu untuk mereka, begitupun mereka. Tapi kami selalu ada tepat waktu dan diwaktu yang tepat ketika masing-masing dari kami saling membutuhkan satu sama lain. Mereka adalah saudara senasib, sepenanggungan, dan sekota yang kuanggap satu tingkat dibawah saudara kandung.

Tahun ini kami akan memulai babak baru dalam kehidupan dan tidak menutup kemungkinan kami akan terpencar kembali. Mahenda dengan usaha yang sedang dirintisnya, dan Fahmi dengan rencana liburannya. Namun Surabaya telah menjadi saksi, bahwa persaudaraan anggota keluarga 86 khususnya di Jatim, bisa menembus batas ruang dan waktu.

Jadi, merantaulah agar kau mengerti bahwa saudara tidak harus sedaerah, sedarah, atau seibu susu saja. Bisa juga berawal dari sekamar mandi atau sepiring nasi. ☺

Wah jadi kangen sodara/i di Malang rek, 26 Agustus kuy jenguk sam Gupon sama wisuda Sulis dkk yes! ðŸ˜„

Kamis, 23 Juni 2016

Tua dan Menyenangkan

Jurnal Digital

18 Ramadhan 1437 / 23 Juni 2016 / hari 18

Tua dan Menyenangkan

Anak muda dan orang tua sering berbeda pandangan dalam banyak hal. Orang tua merasa telah lahir lebih dulu dan lebih berpengalaman dibanding anak muda yang dianggap anak kemarin sore. Sedangkan anak muda, punya semangat membara, dengan imajinasi dan terobosan liar dan menganggap orang tua terlalu lemot dan kolot. Tak jarang tidak ada titik temu diantara keduanya. Mungkin ini yang membuat orang tua identik dengan menyebalkan di mata anak muda.

Orang tua yang menyenangkan adalah orang tua yang dapat mengakomodir imajinasi dan semangat anak muda, selain juga berwawasan luas sehingga nyaman ketika berdiskusi tentang apa saja dengannya. Tentunya siapapun akan menjadi tua. Tetapi, menjadi tua dan menyenangkan adalah pilihan. Karena selain membutuhkan doa disetiap ulang tahun, juga membutuhkan usaha sedari muda. Kehidupan masa muda akan berpengaruh pada kehidupan masa tua, karena akan menentukan seseorang menjadi tua dan menyenangkan atau tua dan menyebalkan.

Makanya sedari muda, berkawanlah dengan banyak orang baik, optimis, dan bermanfaat. Bisa jadi kamu akan tertular semangat mereka dalam melakukan kebaikan. Kemudian, sering-seringlah berdiskusi dan membaca buku. Karena menjadi pembaca buku dan rajin berdiskusi, dapat menjadikan seseorang berwawasan luas, arif, dan bijaksana. Tengoklah bung Hatta dan Buya Hamka. Selain itu, sedari muda sempatkanlah berpetualang, mengenali keindahan Indonesia. Hal ini bisa menjadi pengalaman dan wawasan berharga suatu saat nanti. Jangan hanya berpetualang dari satu hati ke hati yg lain aja.

Jika masih bingung bagaimana melakukan ketiganya secara bersamaan, cobalah gabung bersama kami di @official.shareit maka kamu akan mendapatkan ketiga-tiganya. Berkawan dengan orang-orang baik, optimis, dan bermanfaat, rajin berdiskusi, dan bisa berpetualang sembari berbagi kebaikan. Dan yang pasti, mendapat keluarga baru. Atau bisa jadi dapat jodoh.

Ingat, menjadi tua dan menyenangkan itu pilihan, dan kehidupan masa mudamu yang akan menentukannya. Jangan sia-siakan masa mudamu dengan hal yg berpotensi merugikan masa depan dan masa tuamu nanti.

Jadi, sudah siap menjadi tua dan menyenangkan? ðŸ˜„

Rabu, 22 Juni 2016

IQRA'

Jurnal Digital

17 Ramadhan 1437 / 22 Juni 2016 / hari 17

IQRA'

Bagi umat muslim, 17 Ramadhan diyakini sebagai tanggal peristiwa Nuzulul Qur'an atau turunnya Kitab Suci Al-Qur'an. Dan wahyu pertama dalam surah Al-Alaq yang diturunkan Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW, dengan tegas dan lugas berbunyi IQRA', yg berarti BACALAH, fi'il amr dari kata Qara'a-Yaqra'u.

Pada tahun 2012, UNESCO mengeluarkan data menarik seputar Indonesia. Ternyata, indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001, artinya dari 1000 penduduk, hanya 1 warga yang minat membaca. Kemudian, data UNDP menyatakan bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5%, jauh jika dibandingkan Malaysia 86,4%. Tahun 2015, Perpustakaan Nasional melakukan kajian. Hasilnya, minat baca masyarakat menunjukkan angka 25,1 atau kategori rendah. Celakanya, warga Indonesia khususnya anak-anak sekarang lebih tertarik menonton TV daripada membaca. Padahal kita tau, acara TV sekarang lebih banyak yang tidak bermutu.

Berangkat dari keprihatinan ini, beberapa orang kemudian terdorong untuk meningkatkan minat baca warga Indonesia. Sebut saja Fiersa Besari, dengan perpustakaan Pecandu Buku yang dia buat di garasi rumahnya dengan tujuan menularkan virus membaca kepada siapa saja. Kemudian ada Fauzi, seorang penjual jamu keliling dari Sidoarjo yang juga menjajakan buku gratis di rak jamunya. Dengan tagline "Saiki Jamane Moco", dia berharap minat baca warga Sidoarjo meningkat. Dan jangan lupa kisah tentang kudapustaka Pak Ridwan dari Purbalingga. Perpustakaan unik yang menggunakan kuda bernama Luna untuk keliling menjajakan buku gratis untuk dibaca para anak2 kecil.

Mereka hanya orang biasa yang memiliki tujuan luar biasa. Bagiku, mereka bukan saja pejuang literasi, tapi juga manusia yg menggelorakan semangat IQRA' di bumi Nusantara ini.

Jadi, selama bulan Ramadhan, jadikanlah buku sebagai media untuk memperoleh keberkahan, selain mengaji dan berdzikir. Karena iman yang baik, selalu diiringi ilmu yang baik. Dan ilmu yang baik, terdapat dibanyak buku yang mungkin menuggu untuk kau baca.

Jadi, buku apa yang sedang kau baca dalam waktu dekat ini? ☺

Selasa, 21 Juni 2016

Nahkoda Baru

Jurnal Digital

16 Ramadhan 1437 / 21 Juni 2016 / hari 16

Nahkoda Baru

Kemaren malam, grup almamaterku sempat riuh rendah, oleh sebab dilantiknya direksi baru almamater kami. Hal yang mengejutkan bagi kami, karena direktur sebelumnya belum 5 tahun menjabat. Beberapa spekulasi sempat terlontar perihal pelantikan direksi baru ini dengan nada-nada bercanda. Klarifikasi pun muncul, bahwasanya Ust. Asep Sholahudin mendapatkan tugas dari PP Muhammadiyah untuk studi lanjut S3, karenanya beliau meletakkan jabatannya sebagai direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta (Muin). Dan yang mengejutkan lagi, ternyata 2 dari 5 anggota formasi direksi baru, aku pikir kami sangat mengenal beliau.

Yang pertama adalah Ust. Aly Aulia, Lc, atau biasa juga dipanggil Kak Aly. Beliau dulunya adalah aktivis SKM/IPM semasa di bangku madrasah. Kemudian, selepas lulus beliau melanjutkan studi di Univ. Al Azhar, Cairo, Mesir. Di Madarsah, selain aktif mengajar Tafsir di kelasku pada saat aku kelas 5, beliau juga merupakan pembina PR IPM Muin pada saat itu. 

Yang kedua, ust. Dr. M. Lailan Arqam, atau kami panggil ust. Arqam. Semasa aku kelas 4, beliau mengajar Ilmu Kependidikan, ilmu yg mungkin hanya ada & diajarkan di Muin. Beliau salah satu ustad yang cukup disenangi para murid-muridnya. Selain menyenangkan saat mengajar, beliau juga cukup inspiratif. Tiga direksi yg lain, aku kurang tau, tapi pastilah Kak Aly telah memilih orang-orang terbaik dibidangnya masing-masing untuk formasi direksi ini.

Mungkin ini adalah formasi direksi yang ditunggu dan dirindu oleh kawan-kawanku. Karena, akhirnya almamater kembali dipimpin oleh kakak kandung sendiri setelah masa jabatan Ust. Ikhwan Ahada, dipimpin oleh ust. Asep yg bukan alumni. Meskipun begitu, keberhasilan ust. Asep menahkodai muin, juga patut diacungi jempol.

Nahkoda baru, tentu ada pula harapan baru bagi direksi ini. Harapanku, semoga almamater kami bisa terus menjadi pencetak kader berprestasi, yang bukan saja berguna bagi persyarikatan, tapi juga untuk bangsa, atau minimal bagi masyarakat sekitarnya.

Jadi, selamat bertugas dan mencetak kader direksi baru Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta!

PS: direkturnya anak MAK lagi rek, kapan nih anak IPA? ðŸ˜„

Senin, 20 Juni 2016

Mata Kuliah Bersyukur

Jurnal Digital

15 Ramadhan 1437 / 20 Juni 2016 / hari 15

Mata Kuliah Bersyukur

Hari ini aku dan beberapa junior @tbmspine bersilaturahim ke Rumah Anak dan Bayi Sehat Mulia Khalfani. Ini adalah kali kedua kami kesini, setelah Februari tahun lalu kegiatan ini kuinisiasi bersama beberapa kawanku. Kali kedua kesini, tidak banyak yang berubah dari tempat ini. Mulai dari keramahan dan kehangatan pengasuhnya menyambut kami, dan beberapa anak-anak balita yang seakan malu-malu dengan kedatangan kami. Satu hal yg membuatku terharu, ternyata  pengasuh rumah ini masih mengingatku, "Owala, ini mas Deny to!", begitu ujarnya. Mungkin ia pangling karena aku sudah tidak segondrong ketika pertama kali kesini. Rumah bayi ini dipimpin oleh seorang wanita yang sudah berumur, namun memiliki naluri keibuan yang sangat besar pada anak-anak, Ibu Ifa namanya. Kali pertama kesini, rumah ini merawat 14 balita, namun tadi sore tersisa 7 balita dan 3 bayi.

Rumah ini memang merawat balita yang yatim, dhuafa, dan tidak mampu, namun tidak memberikan adopsi. Karena, para balita ini masih memiliki orang tua dan keluarga dekat. Dan bagi bu Ifa, kasih sayang terbaik adalah kasih sayang langsung dari orang tua kandung, atau minimal dari keluarga dekat. Oleh karenanya, ia bahagia ketika para ibu atau keluarga balita ini datang dan siap merawat anak-anak mereka yang sempat dititipkan disini. Ibu Ifa pernah bercerita bahwa dulunya tempat ini dinamakan panti. Namun, karena salah satu anak penghuninya ada yang mengadu sambil menangis dan malu untuk sekolah, karena di sekolah diejek sebagai anak panti, bu Ifa mengganti nama tempat ini dengan nama Rumah Anak dan Bayi Sehat. Kadang, kita suka bercanda menggunakan kata panti, tanpa sadar bahwa bisa saja ini melukai hati seseorang. Karena itu, aku lebih suka menyebut tempat ini sebagai rumah bayi.

Ah, Raka, Habibi, Alif, dan adik-adik lainnya, kalian hari ini sekali lagi berhasil menguliahi kami mata kuliah bersyukur. Cepat besar dan jadilah anak sholeh/ah ya nak! Jangan lupakan bu Ifa dan tempat ini ketika sudah besar nanti. Tempat yang telah memberikan kalian kehangatan dan kasih sayang keluarga, Rumah Anak dan Bayi Sehat Mulia Khalfani.

@kurniawan_gunadi @langit2.yk #langitkebaikan

Minggu, 19 Juni 2016

Long Life Persebaya

Jurnal Digital

14 Ramadhan 1437 / 19 Juni 2016 / hari 14

Long Life Persebaya

Surabaya sebagai salah satu kota besar dan bersejarah di Indonesia memiliki banyak ikon. Dan salah satu ikon kota Surabaya adalah klub sepakbola kebanggan mereka, Persebaya Surabaya. Klub yang diawal pendiriannya ini bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) memiliki sejarah panjang dan segudang prestasi. Tercatat, SIVB juga merupakan salah satu pendiri PSSI. Dan ketika berbicara tentang Persebaya, maka tidak bisa tidak untuk tidak membicarakakan pemain ke 13 mereka alias suporter mereka, Bonek.

Beruntunglah Persebaya, memiliki suporter yang royal, loyal, dan total dalam mendukung klub kesayangannya ini. Meskipun sekarang persebaya sedang dilanda konflik internal dan tidak merumput, para Bonek tetap setia mendukung dan membelanya. Bagiku ini membuktikan bahwa Bonek tidak sekedar memamerkan existensi semata, akan tetapi ada sejarah, kehormatan, dan harga diri yang sedang mereka bela dan perjuangkan disini. Tengoklah, bagaimana mungkin ada suporter klub sepak bola yang klub kesayangannya sedang mati suri bahkan tidak merumput di lapangan, namun tetap setia mereka bela dan mereka dukung dari luar lapangan sepak bola? Ya, inilah Bonek, suporter Persebaya dengan loyalitas dan totalitas tanpa batas.

Dan 18 Juni 2016 kemarin, klub kesayangan Bonek ini telah berumur 89 tahun. Umur sebuah klub sepak bola yang tidak bisa dikatakan muda. Harapan para Bonek tentu saja satu yang utama, Persebaya segera bangkit dan kembali berlaga dalam kancah persepakbolaan Indonesia. Sudah terlalu lama klub bersejarah ini tertidur. Dan mungkin bukan saja laga mereka yang paling dinanti, akan tetapi juga prestasi-prestasi mereka nanti ketika kembali berlaga.

Aku memang bukan warga Surabaya, tapi aku pun berharap dan berdoa, agar Persebaya segera bangkit dan kembali berprestasi. Paling tidak, aku ingin melihat laga mereka nanti meskipun hanya sekali. Sembari merasakan atmosfer para Bonek yang selalu berhasil menghijaukan tribun-tribun penonton ketika menonton Persebaya berlaga.

Selamat ulang tahun ke 89, Long Life Persebaya!!!

Salam satu nyali! Wani!!! ðŸ™‹

PS: lihat juga ulasan tentang Bonek di channel YouTube SBO WEB TV.

Sabtu, 18 Juni 2016

Bersinergi Dalam Kebaikan

Jurnal Digital

13 Ramadhan 1437 / 18 Juni 2016 / hari 13

Bersinergi Dalam Kebaikan

Pagi tadi aku menjadi asisten operator sirkumsisi dalam acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesehatan NU (LKNU) Surabaya. Kebetulan, ketua LKNU Surabaya, dr. Sukma Sahadewa, adalah dosen serta pembina TBM ku di kampus, dan acaranya pun diselenggarakan di kliniknya. Sehabis acara, dr. Sukma berbagi cerita bagaimana dia bisa menjadi ketua LKNU Surabaya kepada seorang wartawan TV9 yang ikut meliput kegiatan tersebut. Aku pun turut menyimaknya.

Sebenarnya, secara ideologis, aku adalah warga Muhammadiyah. Sedari kecil aku dibesarkan, dididik, dan dipersiapkan untuk menjadi kader Muhammadiyah oleh ayahku. Meskipun begitu, sebagian besar keluarga besarku adalah warga NU. Sebagai informasi, baik Muhammadiyah maupun NU, bukanlah aliran kepercayaan apalagi agama. Muhammadiyah dan NU adalah dua organisasi Islam terbesar di dunia yang didirikan oleh 2 kiyai yang masih satu nasab keluarga dan satu sanad keilmuan, KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asyari. Muhammadiyah dan NU juga ormas Islam yang turut andil dalam membangun, menjaga, dan merawat Indonesia. Muhammadiyah dengan jaringan Rumah Sakit dan Lembaga Pendidikannya, serta NU dengan tradisi keilmuan dalam Jaringan Pesantrennya, telah memberi sumbangsih besar bagi Bangsa ini.

Sedari kecil aku terdidik untuk tidak membatasi SARA, gologan, kelompok, partai, dan ideologi dalam melakukan kebaikan. Apalagi dalam Muhammadiyah, diajarkan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, Fastabiqul Khairat. Oleh karenanya, aku lebih suka menghabiskan tenagaku untuk ikut berlomba-lomba dalam kebaikan, bahkan syukur-syukur bisa bersinergi dalam kebaikan seperti pada kegiatan tadi pagi, daripada menghabiskannya untuk meributkan perbedaan-perbedaan antara Muhammadiyah dan NU.

Meminjam istilah seniorku, kak Alda, jika ada orang Muhammadiyah menjelek-jelekan NU atau orang NU menjelek-jelekan Muhammadiyah, itulah ciri orang yg tidak berkemajuan dan tidak faham adat dan norma nusantara.

Jadi, daripada tenaganya habis buat ribut saling menyalahkan, mending kita bersinergi dalam kebaikan, dalam mewujudkan Islam berkemajuan di bumi Nusantara. Kuy lah! ðŸ˜„

Jumat, 17 Juni 2016

Patah Hati

Jurnal Digital

12 Ramadhan 1437 / 17 Juni 2016 / hari 12

Patah Hati

Suati hari ketika aku sedang di Gili Labak, salah satu kawan seperjalanan yang baru kukenal bercerita tentang kisah patah hati pertamanya. Kupikir ini adalah kisah tentang percintaan atau semacamnya. Karena penasaran dan demi menyenangkannya, kusimaklah ceritanya. Ternyata dugaanku salah. Patah hati pertamanya ketika SMA, bukan karena masalah percintaan, akan tetapi karena dia gagal terpilih menjadi peserta AFS ditahap akhir. Padahal ia sudah mengorbankan rencana liburan bersama ibunya ke Singapura demi menghadapi tahap akhir tadi. Bukan saja waktu, tapi juga tenaga yang ia butuhkan ketika berusaha move on dari patah hatinya itu.

Aku kagum padanya. Biasanya, orang-orang hanya mengingat dan menceritakan tentang cinta pertama. Tapi dia malah mengingat dan menceritakan kisah patah hati pertamanya, dan itu bukan tentang percintaan. Aku pun mencoba mengingat kembali kapan aku mengalami patah hati pertamaku. Ternyata aku tidak ingat. Mungkin karena terlampau sering, aku jadi sampai lupa kapan patah hati pertamaku terjadi.

Yang kuingat tentang patah hati, aku belum pernah patah hati karena putus dan ditinggal nikah oleh mantan, karena pacaran sekalipun belum pernah. Sebagian hidupku lebih sering kuhabiskan dengan para lelaki jomblo, macam Wigarda dan Yonansa, daripada dengan wanita. Aku juga belum pernah patah hati karena penolakan cinta seorang wanita. Karena, seringnya sebelum ditolak pun aku sudah "keduluan" orang lain.

Yang kuingat lagi tentang patah hati, aku pernah memutuskan untuk memotong rambut gondrongku karena patah hati. Jika ada yang mengira aku potong rambut karena menjadi duta, ga salah, tapi faktor patah hati juga ikut andil didalamnya. Yang kuingat lagi tentang patah hati, aku pernah patah hati karena ditikung sebanyak 3 kali. Ah, lelaki bungul macam apa yang bisa ketikung 3 kali tapi tetap ketawa ketiwi.

Tapi, kisah-kisah patah hatiku membuatku bersyukur, karena suatu hari nanti aku akan punya hal lucu untuk kuceritakan ke anak cucuku ketika mereka beranjak dewasa dan mulai naksir wanita.

Jadi, masih ingat patah hati pertamamu? Kalo ga ingat, jangan-jangan kita sama lagi, sama-sama terlatih patah hati. ðŸ˜„

Kamis, 16 Juni 2016

#menujusatudekade86

Jurnal Digital

11 Ramadhan 1437 / 16 Juni 2016 / hari 11

#menujusatudekade86

Setiap orang yang pernah merantau, suatu saat nanti pasti akan memiliki ikatan emosi dengan tanah rantaunya. Tidak terkecuali aku. Bagiku, 3 tahun merantau di Jogja, cukup membuatku merasa bahwa Jogja adalah kampung halaman kedua. Setiap kali ke Jogja, aku tidak hanya merasa sedang berlibur, tapi juga merasa sedang pulang. Benar saja ketika ada yang mengatakan bahwa Jogja adalah rindu. Dan benar pula ketika dikatakan Jogja berhati nyaman. Bagi orang-orang yang pernah tinggal di Jogja, pasti akan merasakan hal sama.

Dan salah satu hal yang membahagiakan adalah, ketika akhirnya aku akan kembali ke kampung halaman untuk kemudian berkumpul dengan keluarga besar yang pernah merasakan suka duka bersama di kota ini. Ya, aku dan sodara2ku pernah "dipenjara" di kota ini. Bukan karena kejahatan, tapi karena dipersiapkan untuk menjadi orang yang siap menghadapi kehidupan. Tempat itu kami sebut dengan istilah "Penjara Suci". Tempat yang pernah melahirkan orang-orang sekaliber guru bangsa Buya Syafii Maarif, dan pemuda-pemuda hebat macam Ridho Al Hamdi, Ghufron Mustaqim, Uruqul Nadhif, dan masih banyak lagi. Mungkin juga Mahenda Abdillah Kamil, Fahmi Nurulil, Rosyd Abdillah, Ghufron Fajar Islami, atau Mulia Sulistyowati dan saudara-saudara lainnya akan menambah deretan pemuda/i hebat lainnya.

Disini pula aku mendefinisikan ulang tentang arti keluarga. Bertemu dengan orang-orang dari segala penjuru Indonesia, bukan malah memecah belah kami, tapi malah menyatukan kami. Kami memang beda darah, beda daerah, tapi kami satu Madrasah, dan satu trah keluarga, keluarga 86.

Dan dibulan Juli serta Agustus nanti, akan ada momen berkumpulnya keluarga besar kami dalam rangka #NostalgiaBahagia #MenujuSatuDekade86. Bukan sekedar berkumpul dan berbahagia, tapi juga mensyukuri persaudaraan kami yang telah genap 1 dekade tahun ini.

Jadi gimana rek? Sudah siap #MenujuSatuDekade86 dari Jatim kan? Siap meramaikan Jogja juga kan? Yuk ah, kumpul2 bahagia dulu kita. Dari 86 Jatim untuk keluarga besar di Jogja, yuk semarakkan #MenujuSatuDekade86 dimanapun kita berada. Mau di Jatim mau di Jogja, mau dimana aja, semua masih tetap satu keluarga, keluarga 86. ☺

Rabu, 15 Juni 2016

Saudari Wanita

Jurnal Digital

10 Ramadhan 1437 / 15 Juni 2016 / hari 10

Saudari Wanita

Dulu ketika kecil, aku sempat berpikir memiliki saudari wanita merupakan ujian dan cobaan. Bahkan kadang terbesit pikiran bahwa ini sebuah musibah. Apalagi saudariku lebih tua dariku, dan kami hanya 2 bersaudara, namun tak pernah bisa akur. Kemudian aku punya satu kakak angkat, dan lagi-agi wanita.

Sialnya, ketika ribut, baik adu mulut ataupun fisik, dia selalu memenangkannya. Suatu waktu dia meninju wajahku dan meninggalkan memar biru. Bagiku, dia adalah sosok saudari yang menyebalkan dan egois waktu itu. Aku akhirnya memutuskan untuk selalu mengalah padanya, karena lelah jika harus terus bertengkar. Dalam hal tv misalnya, dia selalu menguasainya dan selalu menonton acara yang dia inginkan, tanpa peduli aku juga sedang nonton acara kesukaanku.

Semenjak aku kelas 3 SMP, kami menjalin hubungan jarak jauh karena dia melanjutkan kuliah keluar Kota. Bahkan aku melanjutkan MA ke Jogja, makin jauh dari rumah. Tapi, mungkin karena jarak dan sama-sama tumbuh dewasa, membuat kami memiliki sense of belonging sebagai saudara kandung. Sejak saat itu, kupikir dia menjadi kakak yg cukup menyenangkan bagi adiknya ini.

Dia membuatku memperlakukan wanita dengan hati-hati. Sebisa mungkin aku berusaha tidak manyakiti wanita, karena aku juga ga mau suatu saat dia disakiti oleh lelaki. Sejak saat itu pula aku berpikir, mungkin sebenarnya sedari kecil dia mengajarkan dan melatihku cara menghadapi wanita. Tidak bisa menggunakan kekerasan. Menang atau kalah, kamu tetap akan kalah sebagai lelaki. Dan ketika lelaki mengalah pada wanita, bukan berarti dia kalah. Dia sedang berusaha memenangkan dan menenangkan situasi.

Dan sekarang, bagiku memiliki saudari wanita bukanlah sebuah ujian, cobaan, apalagi musibah. Ini sebuah tantangan, keberuntungan, dan anugrah. Ingat, dibalik pria sukses, selalu ada wanita hebat. Dan aku punya 4 wanita hebat, mamaku, 2 orang kakakku, dan 1 keponakanku.

Ah iya, selamat ulang tahun ya mamanya Kian! Barakallahu fi umrik! Dan kamu Kian, jadilah anak sholehah yg bisa jadi kado terbaik buat mama papamu. Kalo besok-besok punya adek laki, disayang ya nak adeknya!!! Kayak mamamu dulu sayang adeknya, aku. ☺