Jumat, 17 Juni 2016

Patah Hati

Jurnal Digital

12 Ramadhan 1437 / 17 Juni 2016 / hari 12

Patah Hati

Suati hari ketika aku sedang di Gili Labak, salah satu kawan seperjalanan yang baru kukenal bercerita tentang kisah patah hati pertamanya. Kupikir ini adalah kisah tentang percintaan atau semacamnya. Karena penasaran dan demi menyenangkannya, kusimaklah ceritanya. Ternyata dugaanku salah. Patah hati pertamanya ketika SMA, bukan karena masalah percintaan, akan tetapi karena dia gagal terpilih menjadi peserta AFS ditahap akhir. Padahal ia sudah mengorbankan rencana liburan bersama ibunya ke Singapura demi menghadapi tahap akhir tadi. Bukan saja waktu, tapi juga tenaga yang ia butuhkan ketika berusaha move on dari patah hatinya itu.

Aku kagum padanya. Biasanya, orang-orang hanya mengingat dan menceritakan tentang cinta pertama. Tapi dia malah mengingat dan menceritakan kisah patah hati pertamanya, dan itu bukan tentang percintaan. Aku pun mencoba mengingat kembali kapan aku mengalami patah hati pertamaku. Ternyata aku tidak ingat. Mungkin karena terlampau sering, aku jadi sampai lupa kapan patah hati pertamaku terjadi.

Yang kuingat tentang patah hati, aku belum pernah patah hati karena putus dan ditinggal nikah oleh mantan, karena pacaran sekalipun belum pernah. Sebagian hidupku lebih sering kuhabiskan dengan para lelaki jomblo, macam Wigarda dan Yonansa, daripada dengan wanita. Aku juga belum pernah patah hati karena penolakan cinta seorang wanita. Karena, seringnya sebelum ditolak pun aku sudah "keduluan" orang lain.

Yang kuingat lagi tentang patah hati, aku pernah memutuskan untuk memotong rambut gondrongku karena patah hati. Jika ada yang mengira aku potong rambut karena menjadi duta, ga salah, tapi faktor patah hati juga ikut andil didalamnya. Yang kuingat lagi tentang patah hati, aku pernah patah hati karena ditikung sebanyak 3 kali. Ah, lelaki bungul macam apa yang bisa ketikung 3 kali tapi tetap ketawa ketiwi.

Tapi, kisah-kisah patah hatiku membuatku bersyukur, karena suatu hari nanti aku akan punya hal lucu untuk kuceritakan ke anak cucuku ketika mereka beranjak dewasa dan mulai naksir wanita.

Jadi, masih ingat patah hati pertamamu? Kalo ga ingat, jangan-jangan kita sama lagi, sama-sama terlatih patah hati. ðŸ˜„

Tidak ada komentar:

Posting Komentar