Minggu, 18 Oktober 2015

Patologi KEDOK-teran

  Suatu waktu pernah nonton tv, seperti biasanya. Cuma kali ini nonton acara ftv disalah satu stasiun tv yang terkenal dengan Elang besarnya sebagai tumpangan pemeran utama. Gatau kenapa pengen aja nonton stasiun tv ini. Disalah satu adegan yang keseluruhan isinya emang ga realistis, istri dari pemeran utamanya sakit perut dan dibawa ke klinik atau rumah yang di tempelin poster biologi biar keliatan kayak klinik.

  Dokternya dengan snellinya* yang khas berwarna putih dan stetoskop melingkar dilehernya, dengan tergupuh-gupuh kemudian melakukan perkusi di abdomen si istri ini. Setelah itu, kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik sudah barang tentu tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Yap, si dokter memberi penjelasan ke ibunya kalo anaknya ini ternyata kena Kanker Rahim atau CA Cervix, dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahimnya atau histrektomi.

  Disini saya pun jadi ikutan emosinal.Bukan, bukan emosional berupa nangis gara-gara kebawa suasana si ibu yang nangis karena tau anaknya gabakal bisa punya anak kandung, bukan Tapi saya emosi karena mungkin sedikit jengkel.Atau mungkin juga banyak.

  Saya belajar ilmu Patologi Anatomi di FK dan nilainya saja belum Cukup memuaskan.Bahkan saya harus ikut dua kali Semester Pendek untuk kemudian mendapat nilai yang Bagus.Lah ini, ada bapak-bapak yang pake snelli, modal perkusi di abdomen doang, bisa langsung mendiagnosis di tempat kalo itu CA Cervix.Bingung deh antara mau kagum atau sedih.Mungkin dia dulu sekolahnya di Fakultas KEDOK-teran.Jadi, dokternya cuma kedok aja.

  Sebenarnya kayak ginian sudah pernah dan banyak dibahas sih di dumay. Cuma, kali ini bener-bener emosional aja, karena saya nonton dengan mata kepala sendiri sambil ga sengaja ngliat nilai PA di KHS lama.Kok ya kamar lagi berantakan sih waktu itu, dan KHS kebetulan ada dideketku.Sebuah kebetulan yang betul-betul terjadi betulan.Jadi harap maklum lah ya kalo agak emosional.

  FYI, saya akhirnya sudah lulus mata kuliah PA dengan jujur, nilai Bagus, dan memuaskan. Tentunya dengan usaha yang ga modal tolah toleh sana sini aja pas hari H ujian. Kalo modal tolah toleh sana sini aja, mungkin kejadian “kedok-(dok)ter” tadi, yang dengan modal penampilan ber-snelli, stetoskop melingkar di leher, kemudian hanya dengan perkusi di abdomen saja sudah bisa mendiagnosis CA Cervix, bisa jadi itu adalah saya di masa depan. Astagfirullah, jangan sampai lah ya.

*Jas putih dokter yang biasa dipakai untuk praktik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar