Suatu waktu pernah nonton tv, seperti
biasanya. Cuma kali ini nonton acara ftv disalah satu stasiun tv yang terkenal
dengan Elang besarnya sebagai tumpangan pemeran utama. Gatau kenapa pengen aja
nonton stasiun tv ini. Disalah satu adegan yang keseluruhan isinya emang ga
realistis, istri dari pemeran utamanya sakit perut dan dibawa ke klinik atau
rumah yang di tempelin poster biologi biar keliatan kayak klinik.
Dokternya dengan snellinya* yang khas berwarna putih dan stetoskop
melingkar dilehernya, dengan tergupuh-gupuh kemudian melakukan perkusi di
abdomen si istri ini. Setelah itu, kita sebagai warga Negara Indonesia yang
baik sudah barang tentu tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Yap, si dokter
memberi penjelasan ke ibunya kalo anaknya ini ternyata kena Kanker Rahim atau
CA Cervix, dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahimnya atau histrektomi.
Disini saya pun jadi ikutan emosinal.Bukan,
bukan emosional berupa nangis gara-gara kebawa suasana si ibu yang nangis
karena tau anaknya gabakal bisa punya anak kandung, bukan Tapi saya emosi
karena mungkin sedikit jengkel.Atau mungkin juga banyak.
Saya belajar ilmu Patologi Anatomi di FK dan
nilainya saja belum Cukup memuaskan.Bahkan saya harus ikut dua kali Semester
Pendek untuk kemudian mendapat nilai yang Bagus.Lah ini, ada bapak-bapak yang
pake snelli, modal perkusi di abdomen doang, bisa langsung mendiagnosis di
tempat kalo itu CA Cervix.Bingung deh antara mau kagum atau sedih.Mungkin dia
dulu sekolahnya di Fakultas KEDOK-teran.Jadi, dokternya cuma kedok aja.
Sebenarnya kayak ginian sudah pernah dan
banyak dibahas sih di dumay. Cuma, kali ini bener-bener emosional aja, karena saya
nonton dengan mata kepala sendiri sambil ga sengaja ngliat nilai PA di KHS
lama.Kok ya kamar lagi berantakan sih waktu itu, dan KHS kebetulan ada
dideketku.Sebuah kebetulan yang betul-betul terjadi betulan.Jadi harap maklum
lah ya kalo agak emosional.
FYI, saya akhirnya sudah lulus mata kuliah PA
dengan jujur, nilai Bagus, dan memuaskan. Tentunya dengan usaha yang ga modal
tolah toleh sana sini aja pas hari H ujian. Kalo modal tolah toleh sana sini
aja, mungkin kejadian “kedok-(dok)ter” tadi, yang dengan modal penampilan ber-snelli, stetoskop melingkar di leher,
kemudian hanya dengan perkusi di abdomen saja sudah bisa mendiagnosis CA
Cervix, bisa jadi itu adalah saya di masa depan. Astagfirullah, jangan sampai
lah ya.
*Jas putih dokter yang biasa dipakai untuk praktik.