Khutbah Pertama
Jamaah sidang jumat yang di rahmati
oleh Allah
Iedul fitri adalah hari raya yang
datang berulang kali setiap tanggal 1 syawal yang menandai puasa telah selesai
dan kembali di perbolehkan makan dan minum.Artinya Fitri disni diartikan sebagai
“berbuka” atau “berhenti puasa”,yang identik dengan makan dan minum,sehingga
tidak heran jika iedul fitri disambut dengan beraneka ragam makanan,minuman,dan
kue-kue.Setiap menjelang hari raya,orang-orang hanya di sibukkan membuat
beragam kue demi menyambut hari raya,dan tidak lupa untuk berbelanja pakaian
yang baru.
Jamaah sidang jumat yang di rahmati
oleh Allah
Merayakan iedul fitri dengan
beragam kue dan makanan sebenarnya tidak salah,akan tetapi terminologinya lah
yang harus kita jauhi dan benahi,sebab iedul fitri sesungguhnya memiliki makna
yang lebih dalam lagi.Iedul fitri seharusnya dumaknai sebagai kepulangan
seseorang kepada fitrah asalnya yang suci,sebagaimana ia baru di lahirkan dari
rahim ibu.Secara metafora kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama
sebulan melewati ramadhan dengan puasa,qiyam,dan segala macam ibadahnya mampu
kebali berislam tanpa benci,iri,dengki, serta bersih dari segala dosa dan
kemaksiatan.
Jamaah sidang jumat yang di rahmati
oleh Allah
Syekh Abdul Qadir al-Jailany dalam
al-Gunyahnya berpendapat merayakan iedul fitri tidak harus dengan baju
baru,tapi jadikanlah iedul fitri ajang tasyakur,refleksi diri untuk kembali
mendekatkan diri pada Allah SWT.Momen mengasah kepekaan sosial kita.Ada
pemandangan lain yang harus kita cermati,betapa disaat kita berbahagia,saudara
kita di tempat lain masih banyak yang menangis.
Oleh karena itu,adalah sebuah
kesalah besar bila iedul fitri di maknai sebagai ajang balas dendam, karena
ketika di bulan ramadhan,kita tidak diperbolehkan makan dan minum di siang
hari,kemudian kita makan dan minum sepuasnya ketika ramadhan berlalu,ketika
bulan ramdhan kemaksiatan di larang dan di jauhi,namun ketika ramdhan
berlalu,kemaksiatan malah didukung dan di galakkan dimana-mana.Pada
akhirnya,ini akan menimbulkn fenomena umat shalih yang keshalihannya
musiman,bukan umat yang bersaha mempertahankan kefitrahan dan nilai ketaqwaan
yang telah di dapatnya setelah sebulan menahan hawa dan nafsu di bulan
ramadhan.
Khutbah kedua
Dalam khutbah
pertama,khatib telah menjelaskan tentang makna iedul fitri,oleh karen
itu,setidaknya ada tiga hal yang harusnya kita lakukan ketka merayakan iedul
fitri ;
1.
Rasa penuh harap kepada Allah,harap akan di
ampuni dosa-dosa yang berlalu.Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah
dari kerja keras sebulan menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
2.
Melakukan Evaluasi diri pada ibadah puasa yang
kita kerjakan,apakah ibadah puasa kita sara dengan makna,atau hanya sebagai
formalitas dalam menggugurkan kewajiban dalam artian kita hanya menahan lapar
dan dahaga saja di siang hari,ketika berpuasa,sementara hati dan lidah kita
tidak bisa di tahan dari perbuatan dan perkataan yang menyakiti orang
lain,sebagaimana sabda Nabi,”banyak orang berpuasa sekedar menahan lapar dan
dahaga”.
3.
Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja
kita dapatkan setelah bulan ramdhan,tidak kehilangan semangat beribadah karena
lewatnya bulan ramadhan,sehingga kita bisa menjadi insan yang lebih baiik
daripada sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar