Selasa, 25 Oktober 2016

Putus


Pada akhirnya, putus itu kan cuma masalah waktu aja.

Kalo memang sudah waktunya putus, ya udah bakal putus.

Seperti kata si Surayah Pidi Baiq, tujuan pacaran itu untuk putus. Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.

Dan aku senantiasa mendoakanmu untuk segera putus...karena menikah.

Tapi nikahnya sama aku!

Senin, 24 Oktober 2016

Profesionalitas Itu Penting

Dulu ketika masih menjadi mahasiswa, setiap ada praktikum atau skill lab yang memerlukan orang coba, aku selalu siap sedia menjadi sukrelawan. Selain memang orang coba harus laki-laki, jarang ada yang mau merelakan dirinya menjadi orang coba. Lagipula, kontribusiku sebagai anggota kelompok jika tidak menjadi orang coba juga kurang signifikan pikirku waktu itu. Jadi, aku anggap menjadi orang coba adalah kompensasi sekaligus kontribusi terhadap kelompok. Tapi terkadang  sebagai orang coba, ada kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan atau tidak nyaman.

Bukan saja ketika kamu harus diposisikan sebagai pasien yang akan atau sedang diperiksa, tapi juga ketika kamu harus merelakan beberapa bagian tubuhmu terlihat oleh teman-temanmu. Kalo tubuhmu atletis, mungkin bangga kali ya. Lah kalo perutnya tambun, terus dadanya berbulu lebat, apa ga ketawa merekanya nanti. Apalagi kalo yang liat juga ada cewek-cewek, malu dong ya. Percayalah, bertelanjang dada di depan orang yang ga kita kenalin itu ga nyaman. Apalagi kalo orangnya banyak. Udah gitu, perut atau dada pun masih dipegang-pegang untuk diperiksa. Aku juga jadi ingat, ketika sedang kuliah pradik, materi keterampilan pemeriksaan fisik Paru, dosenku meminta seorang relawan dari kami untuk menjadi orang coba. Waktu itu aku enggan, karena pemeriksaan paru mengharuskan orang coba bertelanjang dada. Dan setelah dicontohkan oleh dosen, setiap orang akan mencoba satu persatu. Tentunya kepada orang coba.

Selain itu, tubuhku juga ga bagus-bagus banget, katakanlah tambun meskipun dadaku ga berbulu. Untungnya waktu itu salah satu kawanku bersedia menjadi orang coba. Selepas kuliah, dosenku memberikan "wejangan", bahwasanya jika menjadi orang coba saja tidak nyaman, maka menjadi pasien pun lebih tidak nyaman. Apalagi harus bertelanjang dada di depan orang lain. Oleh karenanya, perlakukan setiap pasien dengan baik dan profesional ketika melakukan pemeriksaan fisik dan jangan lupa meminta izin. Posisikan dirimu sebagai pasien, sehingga kamu bisa memperlakukan pasien sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Pasien datang ke dokter itu sudah membawa keluhan dan ketidaknyamanan, maka sebisa mungkin jangan menambah keluhan mereka lagi, atau minimalisirlah ketidaknyamanan mereka.

Dan disinilah aku sekarang, bertugas sebagai dokter muda di bagian kulit dan kelamin di sebuah Rumah Sakit di salah satu Kabupaten di Jawa Timur. Sekarang, bukan lagi hanya sebatas dada dan perut saja yang akan aku observasi dan evaluasi, tapi terkadang juga aku harus melihat secara utuh. Bahkan alat kelamin sekalipun. Aku yakin ini tidak nyaman bagi setiap pasien yang terkadang harus rela alat kelaminnya dilihat orang lain, apalagi jika penyakitnya berhubungan dengan alat kelamin. Tapi aku yakin, mereka memiliki kepercayaan dan harapan akan kesembuhannya. Jika tidak, mana mungkin mereka mau membiarkan aku melihat alat kelamin mereka. Maka, kepercayaan serta harapan tersebut mutlak harus dibayar dengan profesionalitas.

Bayangkan apa jadinya jika aku tertawa, mengejek, atau mengeluh secara terang-terangan di depan pasien ketika melihat kelainan pada alat kelaminnya. Hal yang hampir pasti, kemungkinan besar aku ga bakal lulus stase ini. Bisa jadi juga suatu saat aku kualat. Maka, profesionalitas mutlak sangat penting sekali disini. Ada satu hal yang harus selalu aku ingat dan pegang teguh, pesan dari seorang guruku bahwasanya, kedokteran itu long life learning, dan guru para dokter, bukan sebatas dosen serta karya-karyanya, akan tetapi juga para pasien. Ya, para pasien juga adalah guru bagi para dokter. Apalagi bagi seorang dokter muda sepertiku ini. Tidak akan pernah seorang mahasiswa kedokteran menjadi dokter tanpa pernah menangani seorang pasien ketika menjadi dokter muda. Ah iya, ngomong-ngomong, terima kasih ya mas, dek, pak yang hari ini rela "tititnya" saya periksa, semoga cepat sembuh dan ga sakit lagi ya! Aamiin.

Minggu, 23 Oktober 2016

Ingat!


Jangan pernah ngerebut pacar orang, ngerebut itu ga baik.

Kan udah diajarin juga dari kecil dulu.

Kalo emang naksir, ya minta dong baik-baik.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Menjadi Lelaki Baik-Baik


Ketika sedang bertugas jaga di ruang VK bersalin beberapa malam yang lalu, kawan jagaku berkata padaku, "kalo kamu liat cewek melahirkan, kamu ga bakal nyakitin cewek lagi". Dan benar saja, malam itu akhirnya ada seorang ibu yang melahirkan. Ini memang bukan kali pertama aku melihat proses persalinan, tapi rasanya ini yang pertama kali aku melihat proses persalinan sambil merenungkan perkataan kawanku tadi. Dan ternyata, ketika dilihat-lihat, proses persalinan memang terlihat menyakitkan. Kamu bisa bayangkan, jalan lahir (vagina) yang sekecil itu, harus mengeluarkan kepala bayi manusia. Maka, tak jarang dilakukan tindakan episiotomy, yaitu menggunting jaringan otot antara vagina dan anus untuk memperlebar jalan lahir bagi bayi. Mau bayangkan rasa sakitnya episiotomy? Mungkin mirip-mirip ketika tititmu disunat tapi ga pake bius. Mau coba? Silakan.

Terkadang, seorang wanita pun ketika hendak melahirkan akan meminta maaf dan restu ibunya demi kelancaran proses persalinannya. Ada juga yang minta ditemani suami selama prosesnya. Dan tau risiko terburuk dari proses persalinan selain daripada sakit yang luar biasa dan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang melahirkan? Kematian. Ya, kematian setiap saat membayangi ibu dan janin yang dikandungnya. Coba bayangkan. Sudah? Dan masih mau menyakiti wanita setelah bisa membayangkannya? Kalo ga bisa bayangkan, coba liat videonya di youtube deh.

Bahkan, Zeff si Red Leg, mantan Kapten Bajak Laut Cooks Pirates, sekaligus gurunya Sanji, yang mana mereka ini adalah karakter komik fiktif pun, melarang untuk menyakiti seorang wanita. Tau apa yang dikatakan Zeff dalam komik one piece yang baru keluar kemarin? Dia berkata kepada Sanji, "Seorang pria tidak boleh menendang wanita, kau mengerti?? Itu adalah peraturan tak tertulis di dunia ini semenjak zaman dinosaurus!! Dengar... aku tidak peduli berapa kali kau gagal sebagai manusia... Tapi kalau kau gagal sebagai seorang pria... Kalau sampai waktunya kau melakukan itu, aku sendiri yang akan memotong kemaluanmu! Dan aku akan memotong leherku sendiri sambil melakukannya!", ya, begitulah kutipan dari zeff yang kuambil dari komik terbaru one piece. Itu tokoh fiktif, dan mereka memiliki prinsip untuk tidak menyakiti apalagi melukai seorang wanita.

Kalo dalam agama sih, udah jelas, panjang, dan lebar penjelasan tentang penghormatan terhadap wanita. Maka sudah seharusnya bagi setiap lelaki yang nantinya akan menjadi seorang kepala rumah tangga dan imam bagi wanita, ga ada alasan apapun yang bisa membenarkannya dalam menyakiti seorang wanita. Jika memang sudah siap untuk melepas masa jomblo, berarti harus siap pula untuk tidak menyakiti wanita. Tapi jika melepas masa jomblo yang ujung-ujungnya cuma untuk ngasih kenangan dan sumbangan sebagai mantan, atau malah nyakitin wanita yang katanya dicinTAI, lebih-lebih nyakitin hatinya, lebih baik kau simpan baik-baik dulu perasaanmu sampai kau siap.

Kalo nanti udah jadian dan ga jomblo lagi, jangan sampe nyakitin hati wanita ya! Apalagi kalo belum nikah aja, udah sering nyakitin doi. Dan paling penting lagi, kalo emang belum nikah, jangan sekali-kali bikin wanita sakit mual-mual dan telat datang bulan!! Jangan pokoknya!!! Siapapun wanitanya!!! Ini lebih parah daripada nyakitin hatinya. Kalo bikin dia sakit begitu, bisa dipastikan, ga cuma dia yang tersakiti, tapi juga mama, papa, dan keluarga besarnya ikut tersakiti. Kalo udah begitu, mungkin kita malah ketemu di ruang VK bersalin. Jadi, lebih baik jadi lelaki baik-baik ya! Lelaki baik-baik itu minimal lelaki yang menghormati dan memperlakukan setiap wanita seperti dia menghormati dan meperlakukan mama atau saudarinya sendiri. Dan juga selalu berusaha untuk tidak menyakiti apalagi melukai wanita, itu baru lelaki sejati. Bukan cuma yang bisa ngasi sumbangan bibit, eh terus pergi gitu aja ga pake permisi. Kan jadi ga ada yang bantu ngerawat bibitnya sampe jadi buah nanti.

Sabtu, 01 Oktober 2016

Kenapa Hari ini Aku Masih Jomblo?


Jika memang kejombloan adalah suatu standar dari kegagalan menjadi seorang pemuda kekinian, maka akulah pemuda kekinian yang gagal tersebut. Diumur yang telah mencapai kepala 2 dan sudah hampir resmi menjadi sarjana, aku masih suka asik sendiri(an). Padahal, coba tengok wanita-wanita kuliahan yang rajin memperbarui foto atau kehidupannya di instagram dan path, mereka terkadang menuliskan curhatan bahwa mereka sudah lelah kuliah, dan ingin segera menikah saja. Lah, kuliah aja udah lelah, gitu minta nikah. Nanti habis nikah mau sambil lanjutin kuliah lagi gitu? Hambok pikir nikah disambi kuliah ki ga kesel tah? MIKIR! Yah, mungkin maksud mereka hanya untuk candaan semata.

Lantas, mengapa aku masih suka sendiri padahal banyak wanita-wanita di dunia maya sana yang sudah minta dinikahin karena lelah kuliah? Ah, sebenarnya aku bingung juga untuk menjawab pertanyaan iseng seperti ini. Jadi, terlepas dari alasan-alasan religius yang membuatku masih suka asik sendiri sampai saat ini, bagiku menjalani sebuah hubungan serius dengan seorang wanita (apalagi dua), bukan untuk sekedar menggantikan status pribadi dari jomblo menjadi pacaran. Bukan pula agar ada yang membersamai ketika makan, minum, main, nongkrong, atau ada yang diapelin ketika malam minggu tiba. Apalagi cuma sekedar dijadikan pendamping ketika wisuda atau pergi ke kondangan nikah. Jika memang ingin menjalin hubungan dengan wanita hanya untuk hal-hal diatas, kupikir ga perlu sampai menjalin hubungan yang serius-serius banget. Sekedar teman cukuplah.

Lagipula, aku sadar bahwa sepertinya aku masih belum bisa menjalin hubungan serius dengan wanita, khususnya dalam waktu dekat ini. Aku masih belum siap jika nantinya tersandera oleh kepentingan-kepentingan seorang pasangan kekasih, if you know what i mean. Sementara, aku masih suka mengedepankan dan memprioritaskan ego dan mimpi masa mudaku. Padahal, sebelum nantinya menjalin hubungan serius dengan wanita yang akan menjadi pasangan, aku harus bisa pastikan bahwa dia juga mendapat tempat khusus di hatiku, berdampingan dengan keluarga besar, mimpi masa muda, dan egoku. Dan ya, mungkin yang harus kukalahkan dan kuhabiskan dulu sedikit demi sedikit, demi mempersiapkan tempat khusus untuknya adalah ego dan mimpi masa mudaku sendiri. Toh kesendirian juga membuatku lebih leluasa terhadap diriku sendiri. Mau jalan-jalan kemana tinggal jalan aja. Gausah banyak pikiran mumpung masih sendirian. Besok-besok kalo sudah punya pasangan, belum tentu bisa se-ego pengen makan dimana ya tinggal makan. Karena kelak ketika sudah ada pasangan, semua harus dikomunikasikan, atau mungkin dikompromikan.

Alasannya terlalu naif? Klise? Normatif? Iya, gapapa. Ada yang bilang, mending jomblo, tapi tiba-tiba sebar undangan nikah, daripada pacaran lama, tapi ga nikah-nikah. Toh bagiku hubungan serius bukan untuk sekedar dipamerkan ke khalayak ramai kan? Apalagi sampai menjadi konsumsi publik. Ya, pada akhirnya tulisan ini mungkin hanya dianggap sebagai mekanisme pembelaan ego terhadap kejombloan yang masih kualami hingga hari ini, atau tepatnya malam minggu ini. Tapi tenang, akan ada suatu hari nanti ketika aku memposting tulisanku, aku sudah tidak lagi sendirian, mungkin juga sudah tidak lagi jomblo. Dan ketika hari itu tiba, mungin aku sedang tidak menuliskan tentang kejombloan. Jadi, kenapa hari ini aku masih jomblo? karena hari itu masih belum tiba.